Taman Getsemani
_oOo_
Ketika anda diperhadapkan dengan kisah Yesus di Taman Getsemani (Markus 14:32-51), apa yang menguat dalam pikiran anda: Yesus berdoa; tiga murid Yesus yang sangat mengantuk; ataukah Yesus ditangkap?
Sebelum Markus menuliskan kisah di Taman Getsemani, ia menuliskan Yesus bernubuat bahwa “Petrus akan menyangkal Yesus.” Lalu, sesudah kisah di Taman Getsemani itu, Markus menuliskan penggenapan nubuat itu. Maka, kisah Yesus di Taman Getsemani diapit oleh sebuah nubuat dan penggenapannya.
Jadi, pada malam itu, Petrus berjalan gagah memasuki Taman Getsemani dengan perasaan sangat heroik bahwa ia akan membela Tuhannya. Petrus berjalan masuk ke taman itu seperti layaknya seorang pahlawan. Tetapi, pada saat Petrus berlari keluar dari taman itu, perasaan Petrus sangat jauh berbeda, Petrus sedang kehilangan keberaniannya, ia takut dan bingung. Petrus keluar dari taman itu dengan jiwa yang telah dipenuhi dengan “penyangkalan akan Yesus.”
Petrus masuk ke Taman Getsemani dengan iman yang meledak-ledak, tetapi keluar dari taman itu dengan pikiran yang bermuatan penyangkalan akan Yesus Kristus.
Taman Getsemani dapat berlaku sebagai gambaran dari dunia pelayanan kekristenan. Banyak dari calon hamba Tuhan, setelah menyelesaikan studi teologi, mereka berjalan gagah bak pahlawan memasuki taman itu. Tetapi, mereka melayani Yesus sambil “tidur” dan selalu saja menggunakan prinsip “membela Tuhan,” bahkan sering terjadi mereka sendiri keluar dari taman itu dengan hati yang dipenuhi dengan “penyangkalan akan Yesus.”
Yesus berkata, “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah,” Markus 14:38.
Memang, ketika kita melayani Tuhan, seringkali kita hanya terfokus untuk merasakan kekuatan roh tapi kita begitu lalai untuk mewaspadai “daging” kita. Akibatnya kita melayani Dia sambil “tidur,” yakni tidak mampu melihat dan merasakan pergumulan Yesus melawan kuasa-kuasa kegelapan. Di sini, kita melayani Dia dengan terfokus pada kesenangan diri sendiri.
Ketika kita melayani Yesus, kita bukan sedang membela Dia, melainkan kita sedang menghidupkan anugerah Allah yang sudah kita terima. Kita menjadikan tubuh kita sebagai sarana untuk anugerah Allah itu bekerja semakin kuat dalam kehidupan kita. Anugerah Allah itu terus kita hidupi hingga kita dipanggil keluar dari taman itu untuk bersatu dengan Dia di Surga.
Terpujilah Kristus. Amin.
[ Gogona
]

Persekutuan Studi Reformed
26 November 2017