The Heavens Are Telling
(Oratorio The Creation Bagian I No.13)
(Oratorio The Creation Bagian I No.13)
_oOo_
Artikel ini didedikasikan pada proyek Misi 2018 Persekutuan Studi Reformed, yaitu Calvin for Tawangmangu dengan tema “Globalisme dan Moralitas Teks” yang akan diselenggarakan pada hari Sabtu 30 Juni 2018 di GKJ Tawangmangu, Jawa Tengah
|
Adakah di antara kita yang belum pernah mendengar lagu koor yang indah ini? Lagu ini ditulis oleh komponis Austria bernama Franz Joseph Haydn (1732-1809). The Heavens Are Telling sendiri sesungguhnya merupakan komposisi nomor 13 dari Bagian I oratorio The Creation (disusun pada tahun 1797 hingga 1798). Oratorio merupakan suatu komposisi musik yang besar dengan suatu orkestra, koor dan solois. The Creation terdiri dari tiga bagian. Bagian I berkaitan dengan penciptaan terang, langit dan bumi, matahari dan bulan serta tanah, air, dan tetumbuhan. Bagian II sehubungan dengan penciptaan hewan dan manusia. Bagian III menjelaskan Adam dan Hawa saat mereka masih berbahagia di Taman Eden.
Haydn berusia dua puluhan saat gagasan Jean Jacques Russeau akan kebebasan mutlak individu digaungkan secara luas oleh kaum intelektual, mahasiswa, dan seniman abad ke-18 di Eropa. Karyanya sungguh-sungguh mengekspresikan kecintaan-Nya pada Firman Tuhan.
Banyak dari mereka menerima pemikiran Russeau itu dengan antusias, namun tidak demikian halnya Franz Joseph Haydn. Ia menghargai Allah dan keteraturan dalam ciptaan-Nya. Ia memandang ke depan, melewati kesenangan sementara, yang mengubah secara dahsyat sistem pendidikan, agama, dan politik yang ada tanpa meletakkan dasar yang benar dalam kekosongan yang terjadi - dasar yang hanya dapat ditemukan dalam kekristenan sejati. Mereka yang mengingkari kebenaran Kitab Suci takkan pernah mendapatkan kebebasan. (Jane Stuart Smith & Betty Carlson, “Karunia Musik: Para Komponis Besar dan Pengaruh Mereka,” terjemahan Penerbit Momentum, 2003, hal. 53-54.)
|
Oleh karena itu saat kita berbicara mengenai The Creation satu hal yang tidak boleh kita abaikan adalah peperangan rohani yang Haydn hadapi sebagai seorang seniman Kristen saat ia berusia enam puluhan. Oratorio The Creation Bagian I diawali dengan The Representation of Chaos sebagai prelude bernada dasar C minor yang mengekspresikan kegelapan sebelum penciptaan dan diakhiri dengan The Heavens Are Telling pada nada dasar C mayor yang mengambarkan terang, setelah selesainya penciptaan langit dan bumi, matahari dan bulan serta isi bumi. The Heavens Are Telling menghadirkan Mazmur 19 ayat 1 sampai 3:
“Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam.”
|
Perihal ayat 1 ini Matthew Henry mengatakan bahwa manusia diciptakan sedemikian mulianya sehingga dimungkinkan memiliki kesadaran melihat langit secara seperti ini; sebagaimana roh harus pergi meninggalkan tubuh, manusia selalu menengadah ke langit karena ke situlah roh kita harus kembali. Ciptaan bereksistensi secara bergantung pada Penciptanya. Inilah moralitas ciptaan sebagaimana digambarkan oleh Haydn.
The Creation sesungguhnya lahir dari suatu peperangan rohani Haydn dengan semangat jaman di mana ia hidup. Sebagai suatu tekstualitas, karya agung Haydn ini telah merupakan suatu ekspresi seni berdasarkan moralitas Alkitab. Mari kita syukuri warisan agung Kekristenan yang turun kepada kita melalui sejarah musik Eropa ini. Kalau pun suatu saat Kekristenan memudar dan hilang dari kehidupan Eropa, setidaknya tetaplah “langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya,” sesuatu yang abadi, sebagaimana Haydn telah wariskan kepada kita dalam karya agungnya ini. Amin. Segala kemuliaan bagi Allah di tempat yang Maha Tinggi.
[ Jessy Victor Hutagalung
]

Persekutuan Studi Reformed
09 April 2018