Renungan Harian, Rabu 29 Juni 2022.
TIGA HAL DI DALAM KELUARGA KRISTEN
Selamat pagi.
Perkataan Bapa kepada Anak di dalam Matius 3:17, “lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.”” Ini tentang SUATU HUBUNGAN KELUARGA. Apakah yang bisa kita jelaskan tentang hubungan-hubungan di dalam sebuah keluarga Kristen?
Pertama, ada OTORITAS. Di dalam hubungan Bapa Sorgawi dengan Yesus Kristus, ada otoritas. Bapa memiliki otoritas tertinggi, namun otoritas ini tidak berdasarkan pada kesewenang-wenangan, melainkan berdasarkan pada kasih. Pada pernyataan “Anak-Ku yang Kukasihi,” nyata bahwa otoritas Bapa didasarkan pada kasih. Jadi, di dalam keluarga Kristen, harus ada otoritas yang dipegang oleh Kepala Keluarga (suami/ayah) namun otoritas ini bukan berdasarkan pada kesewenang-wenangan, melainkan pada kasih.
Kedua, ada KASIH YANG BERKORBAN. Hal yang mendasari Yesus MAU dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, adalah kehendak Bapa-Nya. Lihat ucapan Yesus ini, “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah,” Matius 3:15. Yesus menunjukkan “kasih yang berkorban” untuk menggenapkan seluruh kehendak Bapa-Nya.
Jadi, pada keluarga Kristen, harus ada kasih yang berkorban. Anak-anak bukanlah investasi yang harus memberi keuntungan kepada orangtua, tetapi anak-anak adalah tanggung-jawab orangtua kepada Tuhan, dan tanggungjawab ini harus dikerjakan di dalam kasih yang berkorban. Demikian juga anak-anak, haruslah memiliki kasih yang berkorban, yaitu semangat untuk memberikan diri kepada orangtua mereka. Anak-anak harus berbakti kepada orangtuanya.
Ketiga, ada RELASI. Pada perkataan Bapa Sorgawai kepada Yesus, “kepada-Nya Aku berkenan,” menggambarkan hubungan relasi yang kuat antara Bapa dan Anak-Nya, artinya mereka terikat kuat dalam semangat kesetaraan.
Jadi, pada keluarga Kristen harus dibangun keterikatan dalam semangat kesetaraan. Di dalam relasi-relasi antara setiap anggota keluarga harus ada semangat kesetaraan yang membentuk rasa kebersamaan dan saling memiliki. Pada semangat kesetaraan ini maka tersingkirlah saling merendahkan, saling mengalahkan, merasa lebih benar sendiri, merasa lebih baik dari yang lain dan seterusnya.
Bagaimanapun, di dalam keluarga Kristen, setiap anggota keluarga harus berjalan bersama-sama dengan kepentingan dan tujuan yang sama, yaitu MEMULIAKAN TUHAN, sebab SEBUAH KELUARGA KRISTEN ADALAH MILIK TUHAN.
Terpujilah Kristus. Amin.
[ Gogona Gultom
]

Persekutuan Studi Reformed