Renungan Harian, Selasa 26 Juli 2022
Selamat pagi,
renungan bacaan kita pada hari ini adalah sebagai berikut:
“Engkau memang benar, ya TUHAN, bilamana aku berbantah dengan Engkau! Tetapi aku mau berbicara dengan Engkau tentang keadilan: Mengapakah mujur hidup orang-orang fasik, sentosa semua orang yang berlaku tidak setia?” (Yeremia 12:1)
Pada pasal sebelumnya Yeremia menyerahkan segala perkaranya kepada TUHAN sebab penghukuman itu adalah milik-Nya TUHAN dan Yeremia menantikan keadilan TUHAN itu dinyatakan. Menantikan keadilan TUHAN tentu tidak sama dengan apa yang Yeremia ataupun kita harapkan. Di dalam beberapa peristiwa di Alkitab kadang Allah menyatakan keadilan-Nya secara langsung, misal ketika Allah membakar habis utusan-utusan raja Israel, Ahazia yang ingin membawa Elia (2 Raja-Raja 1), demikian juga ketika TUHAN seakan-akan “menunda” keadilan-Nya dengan membiarkan Daud sekian lama menderita dan sengsara karena raja Israel Saul, namun pada akhirnya TUHAN menjadikan Daud menjadi raja. Tetapi juga kadang sampai akhir TUHAN seakan “tidak menyatakan keadilan-Nya” seperti peristiwa kematian Kristus Anak Allah ketika Dia berseru: “Allah-Ku! Allah-Ku! Mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
“Mengapakah mujur hidup orang-orang fasik…?” (Yer. 12:1), “Berapa lama lagi negeri ini menjadi kering…? Karena kejahatan penduduknya…” (Yer. 12:4), pertanyaan Yeremia kepada TUHAN yang juga menjadi pertanyaan yang sama bagi orang-orang kudus-Nya, menginginkan keadilan TUHAN segera dinyatakan, karena kemakmuran orang-orang fasik sudah begitu lama dan berakar, “Engkau membuat mereka tumbuh, dan merekapun juga berakar, mereka tumbuh subur dan menghasilkan buah juga,” (Yer. 12:2a), demikian juga Yeremia meminta TUHAN segera memusnahkan orang-orang fasik, “Tariklah mereka ke luar seperti domba-domba sembelihan, dan khususkanlah mereka untuk hari penyembelihan,” (Yer. 12:3), supaya mereka tidak selamanya hidup dalam kemujuran, dan orang-orang benar seperti Yeremia kembali beroleh negeri yang TUHAN berikan.
Renungkan, apakah jawaban TUHAN atas keluhan Yeremia? “Jika engkau telah berlari dengan orang berjalan kaki, dan engkau telah dilelahkan, bagaimanakah engkau hendak berpacu melawan kuda? Dan jika di negeri yang damai engkau tidak merasa tenteram, apakah yang akan engkau perbuat di hutan belukar sungai Yordan?” (Yer. 12:5), Yeremia demikian juga kita diingatkan supaya tidak berkeluh kesah dan dilelahkan ataupun disusahkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang hanya menghabiskan energi rohani Yeremia maupun kita. Biarkan kita terus berlari tanpa mengeluh bahkan bersiap menghadapi ujian dan kesulitan yang mungkin jauh lebih berat (“hutan belukar sungai Yordan”) dengan tetap melihat pemeliharaan dan keadilan TUHAN atas umat-Nya. Pada akhirnya kita mencapai garis akhir kehidupan sebagai orang percaya (Baca 2 Timotius 4:7).
Selamat beraktifitas dan salam sejaro (sehat jasmani dan rohani).
Tuhan memberkati.
[ Mulatua Silalahi
]

Persekutuan Studi Reformed