Renungan Harian, Rabu 03 Agustus 2022.
KAYA DAN UCAP SYUKUR
Selamat pagi.
Setujukah Anda bahwa “menjadi kaya” adalah suatu bentuk dari peneguhan janji Allah? Bagaimanapun, kekayaan adalah “bagi kemuliaan Allah,” Amsal 3:9.
Perhatikan Ulangan 8:18, “haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud MENEGUHKAN PERJANJIAN yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.”
Kepada bangsa Israel, Allah menjanjikan kekayaan (Im. 20:24). Dan, Allah telah memberikan kekayaan yang sangat luar biasa kepada bangsa Israel. Sampai pada hari ini, tidak ada satupun bangsa yang mampu menandingi kekayaan yang pernah diberikan Allah kepada bangsa Israel. Namun, ketika mereka mengabaikan “ucap syukur” maka Allah mengikis habis semua kekayaan itu, berikut tanah yang mereka diami. Allah mengusir bangsa Israel dari Tanah mereka. Dari sinilah kita dapat memahami bahwa HAKEKAT DARI UCAP SYUKUR adalah peneguhan janji Allah. Ketahuilah, ketika Anda menaikkan ucap syukur, artinya Anda melakukan peneguhan janji Allah.
Simak Doa Bapa Kami, terdapat kata “secukupnya” (Mat. 6:11). Jadi, konteks materi adalah “secukupnya”. Tetapi, perhatikan Matius 13:11-12, tertulis di situ bahwa “yang berkelimpahan bagi kita” adalah karunia Allah berupa “rahasia kerajaan Sorga”. Jadi, satu bagian dari Perjanjian Lama adalah “kekayaan harta,” dan satu bagian dari Perjanjian Baru adalah “kekayaan karunia Roh”. Dengan demikian, sekarang kita dapat memahami bahwa atas apa seharusnya kita menaikkan ucap syukur sebagai bentuk peneguhan janji Allah, yakni “kekayaan karunia Roh”.
Apakah orang Kristen tidak boleh kaya harta? Yesus menjawab, “carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu,” Mat. 6:33. Jadi, “miskin harta” tidak ekuivalen dengan “miskin karunia roh”.
Ketika seseorang melihat si miskin maka dia mengucap syukur, ini ajaran agama tetangga, bukan ajaran Kristen. Ucap syukur kristiani bukanlah konteks persaingan. Yesus tidak pernah mengajar kita mengucap syukur di atas kerendahan orang lain. Yesus memberi contoh kepada kita, dengan mengucap syukur di atas apa yang diberikan Tuhan bagi kita. Ya, kita hanya melihat kepada kasih Tuhan, bukan dengan memandang kerendahan orang lain. Sebab, hakekat dari ucap syukur adalah PENEGUHAN JANJI ALLAH.
Terpujilah Kristus. Amin.
[ Gogona Gultom
]

Persekutuan Studi Reformed