Memikul Salib
_oOo_
Pendahuluan
Kita kerap mendengar istilah reward, recognition dan significance, baik itu di workplace, keluarga, maupun di gereja sekalipun. Dewasa ini penghargaan dan pengakuan terhadap hasil kerja keras dan kecemerlangan seseorang sangat dibutuhkan sebagai alat memotivasi seseorang untuk berkarya lebih baik lagi, khususnya di dunia kerja. Ketika seorang karyawan berkarya di perusahaan dengan profesional dan memberikan output terbaik bagi perusahaan, tentu perusahaan itu sendirilah yang akan banyak menikmati manfaatnya.
Di tengah kompetisi yang semakin menggeliat, membuat orang dengan segala cara berusaha mengejar penghargaan dan pengakuan. Tidak peduli cara itu ditempuh dengan benar atau tidak. Para karyawan berusaha mengejar pengakuan dari top management demi mendapatkan promosi jabatan. Para orang tua mengejar pengakuan sebagai orang tua yang sukses apabila mereka berhasil mendidik anak mereka hingga berprestasi di sekolahnya. Para Ayah, demi menjadi kebanggaan keluarga, rela mengorbankan integritasnya dalam pekerjaannya dengan melakukan tindakan korupsi yang memalukan. Anak- anak demi sebuah kebanggaan menjadi anak yang berprestasi berusaha dengan keras belajar untuk meraih nilai tertinggi di sekolahnya. Tak jarang hal itu diraih dengan berbuat curang, misalnya mencontek.
Tak terkecuali dengan hamba Tuhan, demi mendapat pengakuan dan penghargaan dari jemaat sebagai hamba Tuhan yang baik, dengan berani mengkompromikan kebenaran Firman Tuhan dengan khotbah-khotbah yang menyenangkan telinga, dan menyingkirkan khotbah-khotbah keras yang menegur dosa. Hal ini kadang dilakukan hanya demi motivasi uang. Para hamba Tuhan tidak mau kehilangan jemaatnya agar jumlah persembahan jemaat tidak berkurang. Realita-realita ini tak heran menumbuhsuburkan kemunculan tema-tema kesuksesan pribadi, pengakuan pribadi,kebanggaan pribadi yang sangat disukai oleh banyak orang yang disampaikan para motivator-motivator kesuksesan sekarang ini.
Pembahasan
Di tengah realita-realita di atas, bagaimana kita sebagai orang Kristen menyikapinya. Apa yang Alkitab nyatakan bagi kita untuk memperlengkapi kita menyikapi hal itu. Mari kita lihat 2 (dua) bagian ayat di Alkitab:
Markus 8:34
Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. |
Mari kita perhatikan ayat-ayat di atas. Di Markus 8:34, Tuhan Yesus menegaskan syarat yang diberikan seseorang untuk mengikut Dia adalah dengan menyangkal diri dan memikul salibnya.
Menyangkal Diri
Apa artinya menyangkal diri? Menyangkal diri artinya tindakan untuk meninggalkan kesenangan tubuh, hidup dalam penyangkalan diri, mematikan keinginan tubuh dan membenci dunia. Hal ini tidak mudah bagi kita yang hidup di tengah dunia yang saat ini penuh dengan persaingan. Kita sepertinya dituntut untuk terus bekerja lebih dan lebih keras lagi untuk hidup di tengah persaingan itu. Jika sudah begini, keinginan untuk menang dari orang lain menjadi sangat besar. Dan hal ini kerap jatuh kepada persaingan yang tidak sehat. Kita cenderung tidak lagi mementingkan bagaimana proses dalam mencapainya. Kita lebih fokus pada achievement-achievement kita, tak peduli apakah itu dicapai dengan cara yang benar atau dengan cara yang tidak benar atau curang. Demi mengejar achievement tersebut, kita kerap berkompromi dengan sesuatu yang tidak benar. Kita lebih takut kehilangan pekerjaan kita dibanding dengan mau menyangkal diri demi sebuah kebenaran dan integritas. Apa yang dianggap dunia menguntungkan, justru itu yang dikejar manusia.
Sebagai orang Kristen, kita harus selalu melihat diri apakah kita sudah sungguh-sungguh menyangkal diri demi Kristus? Karena kita melihat tidak sedikit orang kristen yang hidup seperti orang yang tidak mengenal Tuhan. Ini tidak hanya terlihat di dunia ”sekuler,” namun kita juga kerap melihatnya di dunia yang berbau ”rohani,” seperti di gereja atau persekutuan-persekutuan Kristen. Sebagai orang Kristen sejati seharusnya kita melihat apa yang menjadi keuntungan bagi dunia ini harus menjadi kerugian bagi kita. Kesenangan-kesenangan tubuh, kenyamanan-kenyamanan yang bertentangan dengan Firman Tuhan harus kita anggap kerugian demi mendapatkan Kristus.
Mengikut Kristus
Kita sebagai pengikut Kristus haruslah mengharapkan salib dan mau memikulnya. Kata salib mengingatkan kita akan pribadi Kristus yang rela disalibkan demi menanggung seluruh dosa umat-Nya. Kejatuhan manusia ke dalam dosa menempatkan manusia menjadi seteru Tuhan. Itu sebabnya Ia rela turun dari surga yang mulia ke dunia yang berdosa, berinkarnasi menjadi manusia, dihina, di caci, didera dan bahkan disalibkan untuk mendamaikan perseteruan manusia dengan Allah. Kristus rela memikul salib demi ketaatan-Nya yang mutlak kepada Allah Bapa. Demikian seharusnya yang kita lakukan. Kita dengan rela memikul salib kita demi ketaatan kita kepada Tuhan.
Sekali lagi ditegaskan di sini, barang siapa yang tidak mau menyangkal diri dan memikul salibnya, mereka tidak layak menjadi murid Kristus. Tidak layak mengikut Kristus. Selanjutnya, bagaimana seharusnya sikap kita sebagai orang Kristen di dalam mengikuti teladan Kristus :
-
Mengikut Kristus walau menderita.
-
Memilih Kristus lebih daripada saudara paling dekat dan paling dikasihi.
-
Memilih Kristus daripada kenyamanan dan keamanan.
-
Memilih Kristus dari pada hidup itu sendiri.
Penutup
Kristus yang sudah mati menebus dosa kita sudah memberikan teladan kepada kita bagaimana Ia taat kepada Allah Bapa. Ia rela menyangkal diri dan memikul Salib demi kita yang berdosa. Sekarang, Kristus itu meminta kita kembali untuk menyangkal diri dan memikul salib demi ketaatan kita mengikuti-Nya. Bagaimana kita meresponinya? Hidup ditengah dunia yang semakin berdosa ini terkadang membuat kita larut di dalamnya. Untuk itu kita harus keluar dari itu semua. Kita dipanggil untuk tidak sama dengan dunia. Kita dipanggil untuk hidup kudus di hadapan Tuhan, baik itu di pekerjaan kita, pelayanan kita, keluarga kita, maupun di seluruh aspek-aspek kehidupan kita. Biarlah lewat pelayanan sudah Tuhan anugerahkan kepada kita, semakin menguatkan kita untuk hidup mengikut Kristus. Bukan hidup untuk diri sendiri lagi, tetapi hidup untuk Kristus.
Selamat Paskah 2012.
[ Eva Paula
]
