Kemuliaan Tuhan di Tengah Kekelaman Umat Allah
( Zakharia 1:7-17 )
_oOo_
Kitab Zakharia 1:7-17 berbicara tentang penglihatan pertama dari delapan yang TUHAN Allah singkapkan kepada Nabi Zakharia. Penglihatan ini terkait dengan peristiwa pembangunan Bait Suci di mana pada waktu itu umat TUHAN harus menghadapi tantangan yang muncul di tengah mereka. Namun, di tengah hadirnya tantangan itu, ada penghiburan TUHAN bahwa Dia juga hadir di tengah-tengah mereka.
Realitas pembuangan yang dialami bangsa Yehuda selama 70 tahun harusnya cukup membawa mereka kepada pertobatan, meninggalkan dosa-dosa dan kejahatan nenek moyang mereka, lalu kembali kepada TUHAN, sebagaimana yang sudah diserukan Nabi Zakharia (Zakharia 1:3).
Sebagai umat perjanjian TUHAN yang sudah dibebaskan dari pembuangan Babel, sudah selayaknya bangsa Yehuda dituntut untuk taat kepada TUHAN. Terlebih di saat mereka berencana akan membangun kembali Bait Allah, TUHAN hadir di tengah mereka. Apabila hal itu tidak terselesaikan, maka itu merupakan kejahatan dan dosa yang sangat serius kepada TUHAN. Oleh sebab itu, yang harus mereka lakukan adalah meresponi seruan Nabi Zakharia untuk meninggalkan kejahatan mereka dan kembali kepada TUHAN Allah.
Melalui delapan visi atau penglihatan yang Zakharia terima nanti, TUHAN ingin menyatakan bahwa Dia masih tetap peduli terhadap umat-Nya walau mereka sudah ada di dalam keamanan dari Kerajaan Persia.
Penglihatan pertama menyatakan rencana Allah akan hari depan bagi umat-Nya disempurnakan melalui pembangunan kembali Bait Suci Allah.
Jaminan kepastian akan kehadiran TUHAN bagi umat-Nya
Zakharia 1:7-8
Pada hari yang kedua puluh empat dari bulan yang kesebelas – itulah bulan Syebat – pada tahun yang kedua zaman Darius datanglah firman TUHAN kepada nabi Zakharia bin Berekhya bin Ido, bunyinya: “Tadi malam aku mendapat suatu penglihatan: tampak seorang yang menunggang kuda merah! Dia sedang berdiri di antara pohon-pohon murad yang di dalam jurang: dan di belakangnya ada kuda-kuda yang merah, yang merah jambu dan yang putih.”
|
Ayat di atas merupakan penglihatan pertama yang TUHAN singkapkan kepada Nabi Zakharia, kurang lebih tiga setengah bulan setelah firman TUHAN pertama kali dinyatakan kepadanya (Zakharia 1:1-6) dan dua bulan (bulan ke-8) setelah firman TUHAN yang datang kepada Hagai selesai (Hagai 2:20-23). Hal ini berkorelasi dengan ayat 11 di mana dikatakan bumi dalam keadaan damai dan tenang.
Dalam Hagai 1:14, yaitu 5 bulan lebih awal dari tanggal tersebut menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi sudah melakukan pembangunan bait Allah. Hal ini berarti bahwa mereka sudah meresponi akan panggilan Zakharia untuk kembali kepada TUHAN (Zakharia 1:3), dan menunjukan komitmen mereka selama 5 bulan itu dalam pekerjaan pembangunan Bait Allah di tengah kesulitan dan kesukaran yang mereka hadapi (Ezra 5:2).
Dari informasi ini, maka dipastikan Yehuda sudah kembali ke Yerusalem dan sudah kembali membangun Bait Suci Allah. Namun, mereka masih tetap berada dalam kesukaran besar tatkala kerajaan Persia yang disimbolkan di kitab Daniel pasal 7 seperti binatang beruang masih berkuasa atas umat perjanjian TUHAN.
Di tengah kondisi itu, firman TUHAN datang kepada Zakharia melalui sebuah penglihatan atau visi. Visi pertama yang disingkapkan, Zakharia melihat seorang penunggang kuda merah berdiri di antara pohon-pohon murad yang di dalam jurang; dan di belakangnya ada kuda-kuda yang merah, yang merah jambu dan yang putih.
Di sini, Zakharia dihadapkan pada penglihatan akan kewibawaan hadirnya seorang yang mengendarai kuda merah. Kita melihat gambaran penunggang kuda merah ini sangat ditekankan pada penglihatan Zakharia, sebagaimana yang Walter Kaiser katakan, “Center of this vision, center of all History is the rider on the red horses.”
Siapakah penunggang kuda itu?
Apabila dikaitkan dengan ayat 11, para penunggang kuda yang berada di belakang penunggang kuda merah adalah malaikat-malaikat yang memberikan laporan. Sedangkan penunggang kuda merah yang berdiri di antara pohon murad adalah pribadi yang sama, sebagai Malaikat TUHAN yang menjelaskan akan penglihatan itu kepada Zakharia.
Penunggang Kuda
Gambaran penunggang kuda merah itu bila kita bandingkan dengan kitab Yosua 5:13, Wahyu 6:4, dan Habakuk 3:8, dapat dikatakan bahwa figur itu dinyatakan sebagai seorang pahlawan ilahi (The Divine Warrior) yang juga bertindak sebagai hakim yang akan menghakimi dunia ini, termasuk menghakimi kuasa si jahat (evil) yang disimbolkan dengan kata “jurang” (the deep), serta membawa umat-Nya ke Tanah Perjanjian.
Kuda putih, bila merujuk Wahyu pasal 6, selain menyatakan kesucian atau kemurnian, juga menyatakan kemenangan. Sedangkan kuda jingga diduga merupakan perpaduan antara kuda merah dan putih yang menyatakan perpaduan pekerjaan Allah di tengah umat-Nya.
Jurang (The Deep)
Kata jurang (the Revine), lembah yang paling dalam (the Hollow), atau bagian yang paling dalam (the Deep) dalam Perjanjian Lama sering kali disimbolkan dengan kuasa kegelapan dan kuasa kejahatan. Di kitab Ayub 10:20-22, kata gelap, kelam pekat, gelap gulita disimbolkan dengan kuasa kegelapan dan kematian. Namun, selain gelap gulita, samudera raya maupun air, di Perjanjian Lama terkadang disimbolkan dengan kuasa kegelapan. Oleh karena itu, “bagian yang paling dalam” (the Deep) di kitab Daniel pasal 7 bila dikaitkan dengan Zakharia 1:7, dinyatakan sebagai kuasa dari dunia ini yang berusaha menaklukkan, menundukkan, dan mengakhiri Yehuda beserta dinasti Daud.
Pohon Murad
Pohon murad dalam konteks ayat ini diduga merupakan simbol dari umat perjanjian TUHAN yang hidup di tengah dunia ini. Kehadiran TUHAN di antara umat-Nya digambarkan dengan seorang Malaikat TUHAN yang berdiri di antara pohon-pohon murad, penunggang kuda merah, dan kemuliaan TUHAN dinyatakan kepada Yehuda.
Sekalipun umat TUHAN, gereja, ataupun kita yang masih hidup di tengah dunia yang berdosa ini dan melihat bagaimana kuasa dunia ini berusaha terus menindas anak-anak TUHAN, namun kedaulatan TUHAN atas dunia ini tetap memerintah, karena dunia ini adalah milik Bapa (This is my Father’s world).
Di tengah kekelaman, kesulitan, dan kesukaran yang mungkin menerpa umat TUHAN hidup di dunia ini, penghiburan, kekuatan, dan kelegaan selalu nyata diberikan-Nya.
TUHAN tetap menyertai umat-Nya, dan ini sungguh meneguhkan kita untuk terus setia kepada-Nya. Itulah konteks panggilan kita di dunia ini!.
Jaminan kepastian akan penggenapan janji TUHAN
Zakharia 1:9-12
“[9] Maka aku bertanya: Apakah arti semuanya ini, ya tuanku? Lalu malaikat yang berbicara dengan aku, itu menjawab: Aku ini akan memperlihatkan kepadamu apa arti semuanya ini! [10] Orang yang berdiri di antara pohon-pohon murad ini mulai berbicara, katanya: Inilah mereka semua yang diutus TUHAN, untuk menjelajahi bumi! [11] Berbicaralah mereka kepada Malaikat TUHAN yang berdiri di antara pohon-pohon murad itu, katanya: Kami telah menjelajahi bumi, dan sesungguhnya seluruh bumi itu tenang dan aman [12] Berbicaralah Malaikat TUHAN itu, katanya: Ya TUHAN semesta alam, berapa lama lagi Engkau tidak menyayangi Yerusalem dan kota-kota Yehuda yang telah tujuh puluh tahun lamanya Kau murkai itu?”
|
Ayat 9-10 berbicara tentang bagaimana penjelasan penunggang kuda merah itu atas pertanyaan Zakharia.
Penunggang kuda merah itu menjelaskan kepada Zakharia akan misi dari penunggang kuda lainnya, yaitu TUHAN mengutus mereka. Seorang utusan atau messenger dalam konteks zaman kerajaan Persia berfungsi sebagai utusan yang memberitahukan informasi yang berkaitan dengan kerajaan mereka. Demikianlah gambaran utusan (messenger) ini dipakai TUHAN mengutus malaikat-malaikat-Nya menjelajahi bumi. Gambaran ini menyatakan penghakiman-Nya atas bumi ini, karena Dia adalah Hakim atas bumi ini. (Bandingkan dengan Zakharia 3:9, 4:10, dan 2 Tawarikh 16:9).
Malaikat-malaikat yang disimbolkan dengan penunggang kuda yang berfungsi sebagai utusan TUHAN merupakan gambaran yang sama sebagai simbol mata TUHAN yang menjelajahi bumi. TUHAN sebagai hakim atas bumi ini juga menyatakan kedaulatan-Nya atas bumi. Dan bumi ini adalah objek dari penghakiman TUHAN (Mazmur 82:5). Pada akhirnya, kedaulatan TUHAN atas Israel sebagai milik kepunyaan-Nya dan penghakiman TUHAN merupakan salah satu tema utama dari penglihatan Zakharia pertama.
Ayat 11 berbicara tentang laporan dari para utusan yang memberitahukan kondisi bumi yang tenang dan aman. Kondisi ini nampaknya akan menjadi berita baik bagi Yehuda yang hendak membangun Bait Allah. Tetapi, sungguhkah ini kabar baik bagi mereka? Jawabannya ternyata tidak. Bukti bahwa Darius berada dalam keadaan aman dan damai, serta dalam konteks global bahwa Babel sudah jatuh, tentunya akan menjadi kabar baik bagi kerajaannya dan bangsa-bangsa lain. Akan tetapi berita ini bukanlah apa yang diharapkan bangsa Yehuda. Kondisi aman dan damai atas bangsa-bangsa ini yang didapati oleh pengendara kuda (malaikat-malaikat) sesuatu yang bertolak belakang dengan janji TUHAN, bahwa Dia akan menggoncangkan langit dan bumi (Hagai 2:21-22). Tetapi sebaliknya, kondisi yang ada justru aman dan tenang.
Bukankah janji TUHAN terhadap umat-Nya dilukiskan dalam keadaan tenang seperti yang disampaikan oleh Nabi Yeremia:
Yeremia 30:10
“…Sebab sesungguhnya, Aku menyelamatkan engkau dari tempat jauh dan keturunanmu dari negeri pembuangan mereka. Yakub akan kembali dan hidup tenang dan aman, dengan tidak ada yang mengejutkan.”
|
Atau sama dengan apa yang dikatakan oleh Nabi Yesaya:
Yesaya 32:17
“Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman ialah ketenangan…”
|
Ayat 12 berbicara kondisi yang menekan umat TUHAN terkait dengan keadaan “aman” dan “tentram” yang dialami bangsa-bangsa dunia, sebagaimana yang dilaporkan oleh penunggang-penunggang kuda itu:
“Berbicaralah Malaikat TUHAN itu, katanya: Ya TUHAN semesta alam, berapa lama lagi Engkau tidak menyayangi Yerusalem dan kota-kota Yehuda yang telah tujuh puluh tahun lamanya Kau murkai itu?”
|
Kembalinya Yehuda dari pembuangan Babel tidak serta merta terkait dengan penggenapan nubuatan nabi Yeremia (Yeremia 29:10). Ungkapan “Berapa lama lagi?” menunjukkan bagaimana Malaikat TUHAN melihat berita itu muncul tidak seperti yang umat TUHAN harapkan. Bahwa kerajaan di bumi ini sekarang berada dalam kedamaian, ini menjadi pertanda TUHAN menunda kedatangan-Nya untuk menyelamatkan umat-Nya. Selain itu, ungkapan “Berapa lama lagi?” memiliki makna eskatologis yang menunjuk pada masa atau periode penggenapan janji TUHAN terhadap umat-Nya.
Dengan demikian, penundaan kedatangan kerajaan itu sama dengan penundaan akan belas kasihan TUHAN terhadap umat-Nya.
Kota Yerusalem dan Yehuda nampaknya masih menjadi objek murka TUHAN akibat ketidaktaatan mereka.
Masa 70 tahun tidak hanya merujuk pada kurun waktu pembuangan Babel yang berakhir semenjak dikeluarkannya dektrit raja Persia, Koresy, pada tahun 538BC. Masa 70 tahun juga merujuk pada suatu periode waktu TUHAN menahan kemurahan-Nya atas Israel, dan periode itu diperpanjang hingga masa Zakharia. Ini terlihat dari perkataan Malaikat TUHAN: “How long will you continue not to show mercy...these seventy years?”
Bila dikaitkan dengan 2 Tawarikh 36:21 dan Imamat 26:18, 21, 24, 28 di mana di situ dikatakan tanah itu akan mengalami sabatnya dan akan dipulihkan tahun-tahun sabatnya yang belum didapatkan hingga genap selama 70 tahun, dan juga persiapan akan hari yang baru yang dimulai dengan kembalinya mereka ke tanah Yehuda (538BC) maka Israel sudah menemukan atau mengalami pemenuhan hukuman itu yaitu 70 kali lipat karena dosamu, penghukuman yang menyeluruh telah dialami oleh Israel. Dari perpektif ini Israel di dalam pembuangan selama 70 tahun di negeri Babel sudah menerima, mengalami pemenuhan hukuman itu
Sebagai orang percaya kita sudah menikmati atau mencicipi berkat janji TUHAN sebagaimana halnya Yehuda yang sudah kembali dari pembungan Babel ke Yerusalem. Namun terkadang kita hidup di dunia ini dihadapkan pada tidak singkronnya antara janji dan realitas. Itu sebabnya diperlukan d iman dan kesabaran dari orang-orang kudus-Nya (Wahyu 13:10, 14:12).
Pada akhirnya, dibalik itu semua kita harus selalu melihat bahwa pekerjaan TUHAN masih dan sedang berlangsung dan kita diminta untuk meresponinya dengan benar.
Jaminan kepastian akan penghiburan dari TUHAN
Zakharia 1:13-17
“[13] Lalu kepada malaikat, yang berbicara dengan aku itu, TUHAN menjawab dengan kata-kata yang ramah dan yang menghiburkan. [14] Berkatalah kepadaku malaikat yang berbicara dengan aku itu: Serukanlah ini: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Sangat besar usaha-Ku untuk Yerusalem dan Sion, [15] tetapi sangat besar murka-Ku terhadap bangsa-bangsa yang merasa dirinya aman, yang, sementara Aku murka sedikit, telah membantu menimbulkan kejahatan. [16] Sebab itu, beginilah firman TUHAN, Aku kembali lagi kepada Yerusalem dengan kasih sayang. Rumah-Ku akan didirikan pula di sana, demikianlah firman TUHAN semesta alam, dan tali pengukur akan direntangkan lagi di atas Yerusalem. [17] Serukanlah ini selanjutnya: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Kota-kota-Ku akan berlimpah-limpah pula dengan kebajikan, dan TUHAN akan menghiburkan Sion dan akan memilih Yerusalem pula.”
|
Jawaban TUHAN kepada Malaikat TUHAN dengan kata-kata yang ramah dan menghiburkan itu adalah sebuah tanda atau bukti bahwa TUHAN akan kembali mengasihi umat-Nya sebagaimana diekspresikan di ayat 16-17.
AYAT 14
Kalimat “sangat besar usaha-Ku” atau kata cemburu (jealous) di ayat ini tidak ada kaitan karena adanya pihak lain yang melindungi akan seseorang atau objek tersebut, tetapi di dalam konteks ini (bdk. Keluaran 20:5, Ulangan 5:9), ditegaskan bahwa TUHAN sungguh-sungguh peduli terhadap umat-Nya (ayat 16) dan bangsa-bangsa lain adalah bukan saingan bagi TUHAN.
Bahwa TUHAN cemburu karena Sion mengindikasikan atau menunjukan bahwa kasih-Nya masih tetap utuh dan bahwa Dia tidak akan membagi kesetian-Nya dengan pihak lain.
”TUHAN cemburu,” mengandung arti bahwa kesetiaan TUHAN terhadap umat-Nya tetap ditegakkan, bukti tidak akan membagi kasih sayang-Nya kepada Yehuda sudah dinyatakan sejak semula.
Orang-orang Yehuda berpikir bahwa stabilitas kerajaan Persia damai dan tenang mengindikasikan bahwa Allah sudah berbalik dari mereka dan menunjukan kemurahan-Nya kepada bangsa-bangsa lain. Perkataan TUHAN ini kepada Zakharia dan umat-Nya adalah untuk menunjukan bahwa mereka sudah meragukan akan kesetian-Nya.
TUHAN cemburu atas Yerusalem dan Sion berati bahwa TUHAN masih mengasihi umat-Nya, memberikan penghiburan bagi komunitas umat Allah yang keluar dari pembuangan dengan memberikan kemajuan dalam pekerjaan Bait Allah itu. Dan itu dinyatakan bagaimana TUHAN sudah membawa mereka kembali ke tanah perjanjian bukan karena mereka berhak, tetapi karena TUHAN setia kepada firman-Nya dan janji-Nya sebagai bukti bahwa Dia masih mengasihi Yehuda.
AYAT 15
Kemudian TUHAN berkata, tetapi sangat besar murka-Ku terhadap bangsa-bangsa yang merasa dirinya aman, yang sementara Aku murka sedikit, telah membantu menimbulkan kejahatan.
Keamanan dari kerajaan Persia adalah bukan indikasi bahwa TUHAN melanggar akan kepercayaan dari komunitas umat-Nya melalui kesetian-Nya. Sedikit murka TUHAN menyebabkan bangsa-bangsa lain yag membawa umat-Nya kepada pembuangan melebihi atau melampui akan perlakuan mereka atas Yehuda. Disebutkan bagaimana TUHAN memakai Asyur dan Babel untuk memenuhi kehendak TUHAN menghukum umat-Nya, namun mereka melakukan perbuatan atau tindakan yang terlalu jauh dan menimbulkan kemalangan yang lebih jauh. Melampaui batasannya (Yesaya 47:6) dan perbuatan mereka tetap di mata TUHAN adalah perbuatan yang cela dan Ia sangat murka atas kejahatan yang ditimbulkan dari bangsa Asyur dan Babel.
Murka TUHAN akan mengakhiri bangsa-bangsa sebelum kedatangan kerajan-Nya (Zakharia 6:1-8).
Murka TUHAN tidak lagi ditujukan secara langsung kepada Yehuda melainkan kepada musuh-musuh-Nya tidak seperti pada ayat 2 di mana murka TUHAN ditujukkan langsung kepada Yehuda.
Kata “damai” digunakan dua kali untuk menggambarkan TUHAN memberikan keamanan terhadap Yerusalem (Yesaya 32:18, 33:20). Disebutkan bahwa bumi ini “damai” dan “tenang” maka TUHAN akan menghakimi mereka termasuk Persia (Hagai 2:21-22), karena tenang dan aman di bumi ini adalah merupakan hasil dari ketidakadilan dan kejahatan yang ditimbulkan dari bangsa-bangsa sekaligus menunjukan penghinaan kepada TUHAN melalui kesombongan mereka.
Setelah perkataan TUHAN kepada Zakharia melalui Malaikat TUHAN maka sekarang TUHAN memberikan kata-kata penghiburan yaitu.
AYAT 16
TUHAN akan kembali lagi kepada Yerusalem. Pada konteks ini memberikan penjelasan bahwa tali sudah digunakan untuk membuat, mengukur luasnya, besarnya Yerusalem.
Jika dibandingkan dengan Yeremia 31:38-40 dalam konteks “new covenant” tentang Yerusalem sebagai kota yang kekal yang menunjuk kepada Yerusalem yang baru, maka Dia juga yang mengerjakan kembali atau membangun kembali Yerusalem yang baru dalam langit dan bumi yang baru (Wahyu 21).
AYAT 17
Kota-kotaku akan berlimpah-limpah pula dengan kebajikan, dan TUHAN akan menghiburkan Sion dan memilih Yerusalem lagi. Kota-kota dari tanah perjanjian itu akan menghasilkan kelimpahan, menghasilkan kembali buahnya. Bagaimanakah TUHAN akan menghibur Sion? Jawaban itu ditunjukan pada kalimat berikutnya. Sebagaiman mandulnya Sarah, sebagaimana Abraham diberikan keturunan yang banyak maka Sion dengan tempatnya pembuangan akan melihat begitu banyak orang-orang percaya di dalam janji TUHAN. Sion di padang gurun akan seperti Eden dan gurun pasir akan seperti taman TUHAN. Hal ini bicara tentang datangnya keselamatan bagi umat-Nya. Kondisi Sion yang terpencil suatu hari akan menjadi seperti taman Eden yang mana kesukaran, penderitaan dari realitas pembuangan akan diganti menjadi kesukaan, kegembiraan, ucapan syukur.
TUHAN akan memilih Yerusalem kembali sebagai tempat pilihan-Nya, kota kudus-Nya sebagai tempat kediaman-Nya di Gunung Sion, selamanya dijanjikan.
Penutup
Penglihatan pertama yang Zakharia terima mendorong bangsa Yehuda untuk tetap setia dan percaya kepada janji TUHAN melalui kelanjutan pembangunan kembali Bait Allah. Demikianlah dengan kita untuk terus selalu melihat pekerjaan TUHAN itu melalui firman-Nya. Pekerjaan TUHAN tetap digenapi sekalipun kekelaman membayangi umat-Nya.
[ Mulatua Silalahi
]
