KEDATANGAN SANG TUNAS MEMBAWA
PENGAMPUNAN DOSA UMAT-NYA
 
(Eksposisi Zakharia 3:1-10)
_oOo_
 
Pengantar
 
Tulisan ini merupakan sebuah eksposisi atas Zakharia 3:1-10 yang membahas visi keempat dari delapan visi yang Tuhan singkapkan kepada Nabi Zakharia. Bagian ini berbicara tentang bagaimana Tuhan membongkar dan menyingkapkan kekotoran, kecemaran dan ketidaklayakan imam besar Yosua atas dosa-dosanya di hadapan Tuhan yang digambarkan dengan “memakai pakaian kotor” (filthy garment) dan tindakan anugerah Tuhan menghapus dosa-dosa dan mengembalikan kehormatan seorang imam besar. Pada akhirnya bagian ini ditutup dengan gambaran bagaimana Tuhan melakukan pemulihan atau restorasi dengan menghapuskan dosa-dosa umatNya melalui janji eskatologis akan datangnya Sang Hamba, yakni Sang Tunas, yaitu Kristus, Mesias itu. Janji pemulihan itu dimulai dengan pertobatan sejati umat Tuhan dari dosa-dosanya melalui ratapan yang memandang kepada Kristus yang telah mereka tikam (Lihat Zakharia 12:10).
 
 
Pasal 3:1-2
Kemudian ia memperlihatkan kepadaku imam besar Yosua berdiri di hadapan Malaikat TUHAN sedang Iblis berdiri di sebelah kanannya untuk mendakwa dia. Lalu berkatalah Malaikat TUHAN kepada Iblis itu: “TUHAN kiranya menghardik engkau, hai Iblis! TUHAN, yang memilih Yerusalem, kiranya menghardik engkau! Bukankah dia ini puntung yang telah ditarik dari api?”
 
 
Bagian ini menggambarkan sebuah episode drama yang terjadi di dalam ruang pengadilan Tuhan (heavenly court room) di mana ada tiga pihak yang terlibat di dalamnya, yaitu Malaikat Tuhan, imam besar Yosua dan Iblis. Di sini Malaikat Tuhan menggambarkan seorang hakim, imam besar Yosua seorang terdakwa dan Iblis pendakwa (the accuser).
 
  1. Figur Malaikat Tuhan. Dalam Zakharia 1:11 figur Malaikat TUHAN diidentifikasi sebagai Kristus sendiri. Peter Enns dalam The NIV Application Commentary of Exodus menyatakan bahwa kata Malaikat Tuhan atau Malaikat Allah seringkali muncul dalam Perjanjian Lama dengan peranan yang identik dengan figur Kristus atau Yahwe. Salah satu contohnya adalah Keluaran 3:2 di mana Tuhan mengutus Musa untuk membawa Israel keluar dari tangan Mesir. Demikian pula Keluaran 14:19 yang berbicara tentang peristiwa keluarnya bangsa Israel dari perbudakan Mesir. Dari kedua ayat ini serta peristiwa-peristiwa yang mengikutinya jelas sekali bahwa Malaikat Tuhan merupakan suatu figur yang terlibat langsung dalam sejarah penebusan Israel, dan oleh karena itu Dia tidak lain adalah Kristus atau Yahwe itu sendiri.
     
  2. Figur imam besar Yosua. Ia adalah imam yang bersama-sama dengan Zerubabel pulang dari pembuangan di Babel (Hagai 1:1; Ezra 5:2) dan berasal dari keturunan Lewi yang dikhususkan Tuhan untuk melayani di Rumah Tuhan. Tugas imam besar, sebagaimana dimaksud kitab Ibrani, adalah pengantara (mediator) pengampunan dosa antara Allah dengan umat-Nya serta penjaga kekudusan umat-Nya.
     
  3. Iblis. Dalam bagian ini jelas sekali bahwa Iblis dinyatakan sebagai pendakwa (accuser). Thomas Edward McComiskey dalam Minor Prophets Commentary tidak secara eksplisit menyetujui untuk menginterpretasikan pendakwa ini sebagai Setan atau Iblis, ia lebih setuju ini merupakan sebuah simbol dari pendakwa (Lihat Ayub 1:6-10; Ayub 2:1-7 dan Wahyu 12:10).
Jelas bahwa, sebagaimana ada di dalam penglihatan Zakharia, penempatan character dan plot sebagaimana digambarkan ayat 1 ini mengarahkan kita kepada suatu forum pengadilan di mana Tuhan sendiri bertindak sebagal Hakim atasnya dan Iblis sebagai pendakwa yang terus mendakwa Yosua menurut ketidaklayakannya. Namun demikian reaksi Tuhan sebagai Hakim sungguh mengejutkan. Malaikat Tuhan itu dikatakan tidak menyatakan murka dan penghukuman-Nya atas imam besar Yosua, melainkan menghardik Iblis yang ada di hadapan-Nya (lihat Yudas 1:9). Dalam percakapan dengan Iblis itu Malaikat Tuhan mengaitkan Yosua dengan Yerusalem yang dipilih oleh Tuhan. Pengaitan itu juga berkenaan dengan Yerusalem yang selanjutnya disebut oleh Malaikat Tuhan itu sebagai “puntung yang ditarik dari api.” Maka ada dua hal penting muncul di sini.
 
Pertama, pengaitan Yosua dengan Yerusalem yang dipilih Tuhan itu menyatakan bahwa imam besar Yosua di sini bertindak sebagai wakil atas seluruh Israel sebagai umat perjanjian. Kedua, hardikan Malaikat Tuhan kepada Iblis yang mendakwa itu menyatakan anugerah dan kemurahan Tuhan atas imam besar Yosua dan dengan demikian atas Israel sebagai suatu bangsa.
 
Metafora “puntung yang ditarik dari api” dicatat juga dalam Amos 4:11 yang menggambarkan penghukuman Tuhan atas ketidaksetiaan dan ketidaktaatan Israel, yang ditetapkan dan diutus sebagai imam untuk merepresentasikan kekudusan Tuhan dan menjaganya, tetapi gagal menjalankannya. Itu sebab bangsa Israel harus mengalami kepahitan dan kelamnya pembuangan. Keadaan itulah yang direpresentasikan sedemikian rupa oleh imam besar Yosua, yang di dalam penglihatan Zakharia terlihat kotor dan hina itu. Keadaan itu menyebabkan mereka kehilangan suatu “priestly privilege,” di mana mereka seharusnya menjadi kerajaan imam (priestly kingdom) dan bangsa yang kudus (Keluaran 19:6). Maka bagaikan “puntung yang ditarik dari api” itu kelak Israel akan mengalami pembebasan sebagai suatu restorasi Tuhan atas umat-Nya. Sungguh, anugerah pengampunan Tuhan jauh melebihi besarnya dosa-dosa mereka.
 
 
Pasal 3:3-4
Adapun Yosua mengenakan pakaian yang kotor, waktu dia berdiri di hadapan Malaikat itu, yang memberikan perintah kepada orang-orang yang melayaninya: “Tanggalkanlah pakaian yang kotor itu dari padanya.” Dan kepada Yosua ia berkata: “Lihat, dengan ini aku telah menjauhkan kesalahanmu dari padamu! Aku akan mengenakan kepadamu pakaian pesta.”
 
 
Di sini Tuhan menyatakan sebuah ironi besar; seorang imam besar yang seharusnya berdiri sebagai pengantara antara umat Tuhan dengan Tuhan yang kudus, harus berdiri di hadapan Tuhan bukan dengan jubah kebesaran yang putih bersih melainkan dengan mengenakan pakaian kotor (filthy garment). “Pakaian yang kotor” merupakan gambaran dari kecemaran dan ketidaklayakan diri imam besar itu oleh karena dosanya sendiri dan dosa umat Tuhan yang diwakilinya. Suatu anugerah pengampunan atas Israel dinyatakan di sini. Atas keadaan Israel yang digambarkan dengan kotornya pakaian imam besar itu Tuhan menyatakan anugerah pengampunan-Nya. Perhatikan perintah-Nya kepada pelayan-Nya agar mereka menanggalkan pakaian yang kotor itu dari pada Yosua, “Tanggalkan pakaian yang kotor itu dari padanya”. Dan Dia juga mengatakan, “...Aku akan mengenakan pakaian pesta (rich robes)” yang merupakan jubah keselamatan bagi umat-Nya. Gambaran ini membawa kita pada beberapa pengertian berikut ini:
 
  1. Anugerah pengampunan Tuhan diberikan kepada orang berdosa yang sadar akan dosa-dosanya dan mengakuinya dihadapan Tuhan.
     
  2. Inisiator pengampunan pertama kali berasal dan Tuhan sendiri karena orang berdosa tidak mungkin mampu menyelesaikan dosa-dosanya sendiri.
     
  3. Imam besar sekalipun yang adalah wakil dan pengantara umat Tuhan di hadapan Tuhan juga merupakan orang berdosa yang juga membutuhkan pengampunan dosa.
Thomas Edward McComlskey dalam buku yang sama mengenai bagian ini mengatakan, “God removed the people's guilt clothing them with honor based on His sovereigned act of grace”.
 
 
Pasal 3:5
Kemudian ia berkata: “Taruhlah serban tahir pada kepalanya!” Maka mereka menaruh serban tahir pada kepalanya dan mengenakan pakaian kepadanya, sedang Malaikat TUHAN berdiri di situ.
 
 
“Serban” merupakan bagian jubah imam yang diikatkan di kepala sebagai tanda yang mengingatkan imam besar dan umat pilihan Tuhan akan tugas besar mereka, yaitu menjadi bangsa yang kudus. Hal itu sejalan dengan karakter Tuhan yang memanggil dan mengutus mereka yang adalah kudus. William J Dumbrell dalam buku The Faith of Israel mengatakan bahwa serban menandakan kekudusan Israel (Keluaran 28:36-38). Ketika serban tahir diikatkan pada kepala imam besar Yosua maka sebuah pemulihan dan restorasi fungsi keimamatan (priesthood) Israel, kembalinya kehormatan tugas imam dan awal dari keimamatan yang baru. Tuhan mengembalikan kehormatan bangsa Israel sebagai sebuah kingdom of priest. William J Dumbrell dalam buku yang sama mengatakan, “Placing turban on Joshua's head indicates the last act relating to his investiture” dan “Purification of the high priesthood and thus with recommissioning of the post exilic priesthood with the new age view”.
 
 
Pasal 3:6-7
Lalu Malaikat TUHAN itu memberi jaminan kepada Yosua, katanya: “Beginilah firman TUHAN semesta alam: Apabila engkau hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan melakukan tugas yang Kuberikan kepadamu, maka engkau akan memerintah rumah-Ku dan mengurus pelataran-Ku, dan Aku akan mengizinkan engkau masuk ke antara mereka yang berdiri melayani di sini.
 
 
Bagian ini menggambarkan janji yang Tuhan berikan kepada imam besar Yosua apabila ia taat pada perjanjian Tuhan, yaitu hidup menurut seturut kehendak-Nya dan melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Adapun janji yang diberikan antara lain:
 
  1. Imam besar Yosua akan menjadi hakim dan memiliki otoritas penuh atas rumah Tuhan. Kata “rumah” mengacu kepada “bangsa Israel atau umat Tuhan,” (Bil. 12:7; Ibr. 3:2).
     
  2. Imam besar Yosua diberi kewenangan dan kebebasan penuh untuk menjalankan fungsinya sebagai pengantara (mediator) antara Tuhan dengan umat-Nya.
Kedua janji ini merupakan suatu penegasan Tuhan akan kembalinya kehormatan dan hak-hak istimewa imam besar (priestly privilege) yang kelak akan sepenuhnya digenapi Kristus.
 
Thomas Edward McComiskey dalam buku yang sama menyimpulkan pasal 3:1-7 ini dengan dua tema besar yaitu:
 
  1. Penegasan bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya dan akan tetap setia terhadap perjanjian-Nya, hal yang Ia nyatakan melalui pengampunan dan penebusan-Nya.
     
  2. Jaminan bagi umat-Nya bahwa Tuhan akan terus memelihara kelangsungan dari pembangunan Rumah Tuhan.
 
Pasal 3:8
Dengarkanlah, hai imam besar Yosua! Engkau dan teman-temanmu yang duduk di hadapanmu--sungguh kamu merupakan suatu lambang. Sebab, sesungguhnya Aku akan mendatangkan hamba-Ku, yakni Sang Tunas.
 
 
Bagian ini merupakan sebuah proklamasi akan datangnya seorang “hamba” yakni “Sang Tunas” yang akan bertindak sebagai agen penebusan yang akan menggenapkan seluruh rencana sejarah penebusan Tuhan (redemption history). Kata “hamba” di dalam kitab Yesaya sering digunakan untuk mengacu pada satu figur yang akan membawa keselamatan bagi umat-Nya. Figur tersebut adalah Kristus sendiri yang akan menjadi Juru Selamat bagi umat-Nya dengan menempuh jalan penderitaan (suffering) dan penghinaan (humiliation). (Yesaya 52:13; 53:8-11; 49:7; 50:6; 53:4-11). Kata “Sang Tunas” di dalam Perjanjian Lama merupakan lambang kehadiran Kristus yang digenapkan di Perjanjian Baru khususnya pada kitab Injll.
 
  1. Yeremia 23:5, “Sang Tunas” dinyatakan sebagai raja (royal king) oleh Injil Matius.
     
  2. Zakharia 3:8, “Sang Tunas” dinyatakan sebagai hamba (servant) oleh Injil Markus.
     
  3. Zakharia 6:12, “Sang Tunas” dinyatakan sebagai sepenuhnya manusia (fully man) oleh Injil Lukas.
     
  4. Yesaya 4:2, “Sang Tunas” dinyatakan sebagai sepenuhnya Allah (fully God) oleh Injil Yohanes.
Dengan menyebut Yosua dan teman-temannya sebagai “suatu lambang” jelas bahwa kepada post-exilic community Tuhan bermaksud menempatkan Yosua sebagal bayang-bayang dari realita sesungguhnya, figur yang akan datang kelak, yakni Yesus Kristus sendiri. Hanya Kristuslah, “sang Hamba” dan “sang Tunas” yang akan menggenapkan seluruh rencana keselamatan Tuhan atas umat-Nya. Lebih lanjut Thomas Edward McComiskey mengatakan, “The sign function of Joshua and his fellow priests simbolizes the work of this servant-king whom God will bring forth into arena of world history”.
 
 
Pasal 3:9
Sebab sesungguhnya permata yang telah Kuserahkan kepada Yosua--satu permata yang bermata tujuh--sesungguhnya Aku akan mengukirkan ukiran di atasnya, demikianlah firman TUHAN semesta alam, dan Aku akan menghapuskan kesalahan negeri ini dalam satu hari saja.
 
 
Metafora “permata yang bermata tujuh” menggambarkan kesempurnaan penebusan yang Tuhan kerjakan melalui Kristus yang akan datang itu. Penebusan itu harus dimulai dengan kesadaran umat Tuhan akan dosa-dosanya dan kesadaran akan anugerah Tuhan yang membawa mereka kepada pertobatan sejati. “Satu hari” (that day) menunjuk pada waktu terjadinya pertobatan sungguh-sungguh umat Tuhan ketika mereka meratapi Kristus yang telah mereka tikam (bandingkan dengan Zakharia 12:10). Kematian Kristus adalah karya sempurna yang menggenapkan rencana penebusan dan keselamatan atas umat Tuhan.
 
 
Pasal 3:10
Pada hari itu, demikianlah firman TUHAN semesta alam, setiap orang dari padamu akan mengundang temannya duduk di bawah pohon anggur dan di bawah pohon ara.”
 
 
Bagian ini merupakan janji Tuhan akan berlimpahnya berkat yang kelak tercurah atas umat-Nya apabila mereka bertobat dan berbalik kepada-Nya. Mereka akan mengalami kedamaian (peace) dan kemakmuran (prosperity). Ketaatan terhadap perjanjian Tuhan (God’s Covenant) menghasilkan berkat Tuhan tetapi ketidaktaatan menghasilkan kutuk dan penghukuman Tuhan.
 
Kesimpulan
 
  1. Imam besar Yosua merupakan sebuah tipologi atau bayang-bayang dari imam besar sejati yang kelak datang yaitu Yesus Kristus, pengantara yang sesungguhnya antara Allah dengan umat-Nya. Hal itu dikerjakannya dengan menyerahkan diri-Nya sendiri untuk mati menebus mereka dan memberikan pengampunan yang sempurna.
     
  2. Anugerah pengampunan Tuhan itu jauh melebihi besarnya dosa-dosa mereka. Sekalipun umat Tuhan yang diwakili imam besar Yosua terus menerus memberontak dan tidak taat kepada perjanjian-Nya, Tuhan tetap setia dengan perjanjian-Nya dan tidak pernah meninggalkan mereka.
     
  3. Manifestasi yang paling besar atas anugerah pengampunan Tuhan kepada umat-Nya nyata melalui karya kematian Kristus di kayu salib, dan bermanfaat bagi kita oleh karya Roh Kudus melalui pertobatan yang sejati. Pertobatan sejati hanya mungkin terjadi ketika umat Tuhan meratap dengan memandang kepada Kristus yang sudah mereka tikam.
 
Penutup
 
Kedatangan Kristus ke dalam dunia melalui momen Natal ini seharusnya membawa kita terus memandang Kristus, Juru Selamat kita yang rela ditikam bagi keselamatan kita. Respon kita tidak hanya berhenti bergumul meratapi kematian-Nya tetapi jauh lebih penting bagaimana kita mau terus bergumul meratapi dosa-dosa kita di hadapan-Nya dan memohon anugerah pengampunan-Nya. Selanjutnya kita tidak hanya berhenti pada meratapi dosa-dosa kita tetapi harus dilkuti dengan satu komitmen untuk hidup dan berbuah bagi Dia. Pada akhirnya di atas segalanya, segala pujian, hormat dan kemuliaan hanya bagi Dia, Yesus Kristus, Juru Selamat dan Penebus kita. Amin.
 
Selamat Natal 2016, dan Selamat Tahun Baru 2017, Tuhan memberkati.
[ Nikson Sinaga]
 
Pin It
 
 

 
Copyright © Persekutuan Studi Reformed
 
 
Persekutuan Studi Reformed
Contact Person: Sdri. Deby – 08158020418
 
About Us  |   Visi  |   Misi  |   Kegiatan