PENTINGNYA DOKTRIN KEBANGKITAN DALAM KEKRISTENAN
_oOo_
Pentingnya Kebangkitan
Kata “kebangkitan” merupakan salah satu kata yang sangat penting di dalam kekristenan. Kata ini tidak akan kita temui di agama lain. Sebuah fakta kebangkitan harus didahului oleh sebuah kematian. Tanpa kematian, tidak akan ada kebangkitan. Jika ditanyakan mana yang lebih penting antara kematian dengan kebangkitan, tentu kita akan sulit untuk menjawabnya.
Murid-murid Yesus telah mempercayai-Nya di masa pelayanan-Nya di dalam dunia, walau iman mereka masih belum dewasa sebagaimana dinyatakan dalam kesaksian Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup” (Mat. 16:16). Setelah penyataan tersebut, iman mereka terguncang tatkala melihat Yesus ditangkap dan disalibkan. Sedemikian terguncangnya iman mereka hingga membuat mereka berpencar kembali ketempat asalnya masing-masing. Bahkan Petrus yang sebelumnya dengan gagahnya menyatakan kesaksian imannya justru telah menyangkal Yesus sebanyak tiga kali ketika Yesus ditangkap. Kematian Yesus di atas kayu salib menjadi bukti apa yang sudah Dia genapi di dalam sejarah kedatangan-Nya di dunia. Tak hanya kematian-Nya saja, kebangkitan-Nya juga menjadi penting secara historis untuk membuktikan apa yang telah Yesus genapi di dunia. Pentingnya kebangkitan terlihat jelas di tiga hari setelah kamatian Yesus, iman para murid tumbuh kembali. Mereka keluar pergi memberitakan kepada dunia Injil tentang Juruselamat yang disalibkan, mati, namun bangkit kembali. Injil tentang kematian dan kebangkitan Yesus selalu menjadi esensi utama dari pemberitaan para murid. Melalui kebangkitan, Injil tentang salib itu dipahami, diberitakan, dipertahankan, dan diteruskan dari satu generasi ke generasi lainnya hingga sampai kepada kita semua di masa sekarang ini.
Rasul Paulus menggambarkan bagaimana bentuk awal dari khotbah para Rasul dengan menyatakan bahwa ia telah menyampaikan kepada orang-orang Korintus hanya apa yang ia sendiri telah terima, “bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa diantaranya telah meninggal. Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua Rasul. Dan yang paling akhir dari semuanya, Ia menampakkan diri juga kepadaku” (1 Kor. 15:3-8).
Kebangkitan adalah dasar historis yang kokoh bagaimana doktrin Kekristenan dibangun. Melalui kebangkitan, iman Kristen dapat bersandar pada satu dasar yang tidak mungkin tergoyahkan. Jika fakta kebangkitan dapat bertahan, maka seluruh doktrin kekristenan juga akan bertahan. Namun sebaliknya, jika fakta kebangkitan runtuh, maka seluruh doktrin kekristenan otomatis juga akan runtuh.
Oleh karenanya Rasul Paulus dengan penuh keyakinan menjelaskan bagaimana begitu sentralnya doktrin kebangkitan ini. Ia berkata: “Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. Lebih dari pada itu kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah membangkitkan Kristus – padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan. Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus” (1 Kor. 15:14-18).
Ajaran Kristen yang dibangun di atas Kebangkitan
Menurut theolog, James Montgomery Boice, doktrin kebangkitan menjadi dasar bagi doktrin Kristen lainnya untuk dapat bertahan. Doktrin-doktrin tersebut antara lain:
-
Doktrin tentang eksistensi Allah di mana hanya ada satu Allah dan hanya Allah yang dinyatakan Alkitab adalah Allah sejati. Satu-satunya alasan yang pasti untuk menjelaskan kebangkitan Kristus adalah Allah, Allah Alkitab. Kebangkitan sudah pasti menjadi suatu ujian bagi eksistensi Allah. Fakta sejarah atas Yesus yang dibangkitkan secara ajaib memastikan bahwa Allah lah yang melakukannya. Ini sekaligus membuktikan bahwa Ia sungguh-sungguh ada dan Ia adalah Allah yang sejati dan benar.
-
Kebangkitan membuktikan doktrin keilahian Yesus Kristus. Waktu Yesus hidup di bumi, Ia mengklaim diri-Nya setara dengan Allah dan bahwa Allah akan membangkitkan-Nya tepat tiga hari setelah Ia dihukum mati di atas kayu salib oleh penguasa-penguasa Yahudi dan Romawi. Jika Ia salah dalam klaim itu, maka Ia adalah orang gila dan banyak orang akan menghujat-Nya. Jika Ia benar, maka kebangkitan adalah cara Allah untuk membenarkan klaim itu. Kebangkitan adalah meterai Allah bagi klaim keilahian Kristus.
-
Kebangkitan membuktikan doktrin pembenaran, bahwa semua orang yang percaya kepada Kristus dibenarkan dan memperoleh penebusan dosa. Ketika Yesus berada di bumi, Ia mengatakan bahwa Ia akan menebus dosa kita. “Anak manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mat. 20:28). Setelah tiba waktunya, Yesus disalib, korban dipersembahkan, penebusan dikerjakan. Bagaimana kita tahu bahwa Allah menerima korban tebusan itu? Kita mengetahuinya dari drama kebangkitan Kristus di hari ketiga setelah kematian-Nya. Di situ Allah telah menerima korban yang sempurna dari Anak-Nya demi membayar seluruh hutang dosa umat-Nya.
-
Kebangkitan menjadi bukti bahwa orang Kristen dapat menjalani kehidupannya demi menyenangkan Allah melalui proses pengudusan. Memang benar ajaran Alkitab mengajarkan bahwa realita dosa membuat manusia tidak berdaya. Tidak ada yang baik dalam diri manusia sehingga tak mungkin ada kemenangan manusia atas dosa. Tetapi jika Yesus dibangkitkan, maka hidup-Nya dapat dijalankan di dalam diri kita melalui kuasa kebangkitan-Nya. “Hebat kuasa-nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati” (Ef. 1:19-20).
-
Kebangkitan menjadi bukti bahwa kematian bukanlah akhir hidup ini. Ada kehidupan kekal yang diberikan bagi mereka yang percaya kepada-Nya. Di dalam kebangkitan kita menemukan dua kebenaran penting di dalam Kekristenan, yaitu: pertama, tanpa kebangkitan Kristus, tak akan ada kepastian apapun akan kehidupan setelah kematian bagi siapapun. Kedua, atas dasar kebangkitan Kristus orang percaya dapat memiliki keyakinan penuh akan hidup kekal setelah kematian. Sebagaimana apa yang pernah ditulis oleh Rasul Paulus: “Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia” (1 Tes. 4:14).
-
Kebangkitan menjadi dasar kepastian akan penghakiman terakhir atas semua orang yang menolak Injil. Waktu pelayanan-Nya di bumi, Yesus berbicara tentang penghakiman terakhir. Ia mengklaim bahwa Dialah yang akan menjadi Hakimnya. Fakta bahwa Allah membangkitkan-Nya dari antara orang mati adalah bukti dari klaim tersebut. Hal ini sekaligus menyatakan suatu kepastian bahwa hari penghakiman terakhir pasti datang. “Satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya…dan sesudah itu tibalah penghakiman” (Ibr. 9:26-27).
Di dalam kebangkitan kita memiliki kepastian iman akan hidup kekal. Melalui kepastian ini kita beroleh damai sejahtera sejati yang tidak bisa kita temukan di manapun juga. Dengan damai sejahtera ini kita memperoleh penghiburan sekaligus kekuatan untuk terus menjalani hidup ini dengan bertumbuh, iman kita semakin dewasa, dan membawa kita terus melayani Tuhan seumur hidup kita bagi kemuliaan-Nya.
[ Ranto M. Siburian
]
