KEBANGKITAN KRISTUS DASAR PENGHARAPAN KITA
_oOo_
Pengantar
Seorang filsuf bernama Friedrich Nietzsche pernah mengatakan satu kalimat mengejutkan. Ia mengatakan: “Sesungguhnya pengharapan adalah sesuatu hal yang paling jahat dari semua kejahatan, karena ia hanya akan memperpanjang penderitaan hidup manusia”. Menurut Nietzsche, ketika pengharapan dimasukkan ke dalam konteks kejahatan, maka ia justru akan membuat kehidupan menjadi lebih buruk. Cetusan pemikiran Nietzche ini sangat dipengaruhi oleh mitos Yunani (Greek Myhtology) tentang kisah kotak Pandora. Dikisahkan tentang sebuah kotak yang diberikan oleh para dewa Yunani kepada Pandora dengan syarat kotak tersebut tidak boleh dibuka. Akibat rasa penasarannya, Pandora membuka kotak tersebut. Setelah kotak terbuka, tiba-tiba muncul aroma tak sedap keluar darinya. Pandora lalu sadar bahwa ia telah melepaskan sesuatu yang sangat mengerikan, teror ke dalam dunia ini. Semua keburukan ataupun kejahatan akan menyebar ke seluruh dunia, namun di dalam kotak itu masih tersisa satu hal, yaitu “harapan”.
Pemikiran Nietzsche mengenai pengharapan ini tentunya tidak berlaku bagi orang Yahudi. Fackenheim pernah mengatakan, pengharapan bagi orang Yahudi merupakan sebuah tanggung jawab agar mereka tetap bertahan dan “ada” sebagai orang Yahudi paska tragedi kemanusiaan yang sangat mengerikan, yakni genosida orang Yahudi oleh tentara-tentara Nazi di kota Auschwitz. Tragedi ini dikenal dengan peristiwa Holocoust. Menurut Fackenheim, orang Yahudi diperintahkan untuk tetap berharap karena baginya keputusasaan adalah sebuah dosa. Oleh karena pengharapan adalah perintah, maka ketaatan terhadap perintah itu berarti [memiliki] kehidupan.
Terkait dengan pemikiran Nietzsche di atas, muncul pertanyaan “Apakah benar pengharapan yang hadir di tengah kejahatan akan menjadikan kehidupan manusia semakin buruk”? Jika jawabannya tidak, lalu apakah yang menjadi dasar pengharapan manusia tatkala berhadapan dengan penderitaan dan kejahatan sehingga pengharapan itu mampu memberikan kekuatan untuk menghadapinya? Kita menyadari akan fakta dunia telah jatuh ke dalam dosa. Akibatnya seluruh manusia harus menanggung penderitaan, dan kuasa jahat menyatakan kuasanya atas dunia ini. Bercermin dari fakta ini, apakah pengharapan sudah lenyap? Jika itu belum lenyap, di manakah kita bisa menemukan pengharapan sejati itu untuk kita bisa berpegang padanya?
Kristus menaklukkan kuasa maut:
Kebangkitan Kristus menjadi dasar pengharapan kita
Kebangkitan Kristus menjadi dasar pengharapan kita
Di tengah dunia yang berdosa, penderitaan, dan kejahatan adalah sebuah keniscayaan. Kita percaya bahwa pengharapan sejati itu masih ada ketika kuasa dosa dan kuasa jahat dikalahkan. Tanpanya manusia tak akan pernah memiliki pengharapan yang sesungguhnya. Jika Nietzsche melihat walau sekecil apapun pengharapan ketika itu dimasukkan ke dalam penderitaan dan kejahatan di dalam dunia ini, hal itu akan membuat manusia bertambah menderita. Lalu bagaimana Alkitab merespon hal ini?
Di dalam Yesaya 25:8 dikatakan: “Ia akan meniadakan maut untuk seterusnya; dan Tuhan ALLAH akan menghapuskan air mata pada segala muka; dan aib umat-Nya akan dijauhkan-Nya dari seluruh bumi, sebab TUHAN telah mengatakannya.” Di dalam ayat ini kita menemukan suatu janji pengharapan bagi orang percaya, bahwa kematian Kristus bukanlah akhir dari janji Allah kepada kita. Melalui kematian-Nya, Allah akan menghapus dan melenyapkan kuasa kematian itu. Ini berbicara tentang kemenangan Tuhan bagi umat-Nya. Perkataan ini sungguh menjadi penghiburan besar bagi orang percaya, bahwa Tuhan akan menghapuskan air mata pada segala muka, bahwa Allah akan melenyapkan dan menelan kuasa penyebab kedukaan, perkabungan, penderitaan, dan bahkan kematian itu sendiri. Dan Nabi Yesaya memakai kata ini untuk menegaskan akan kuasa kemenangan Allah itu.
Sebagai contoh, Apakah yang biasa dilakukan para orang tua ketika melihat seorang anak kecil menangis? Tentu mereka akan berusaha menenangkannya dan menghapuskan air matanya. Sebuah perkara kecil, bukan? Lalu, bagaimanakah Tuhan menghapus air mata umat-Nya? Yang Ia lakukan adalah menyingkirkan, menaklukkan, dan menghapus kejahatan (evil) yang menyebabkan ketakutan dan kedukaan bagi seluruh umat manusia. Untuk menghapus kejahatan tentu harus ada seseorang yang mampu mengalahkan kejahatan itu, yaitu Ia yang berkuasa atas kematian. Kalau demikian, siapakah Ia yang berkuasa mengalahkan kuasa kematian itu? Siapakah Ia yang akan menggenapi perkataan Nabi Yesaya itu? Ia adalah Yesus Kristus yang sudah bangkit. Kebangkitan-Nya telah menaklukkan dan menelan sengat kuasa maut sehingga sukacita itu kini tiba kepada umat-Nya. Itu sebabnya kini umat TUHAN tidak lagi dicengkram oleh kuasa kedukaan dan ketakutan atas kejahatan (evil) yang memiliki kuasa kematian itu. Kristus sudah mati dan bangkit, maka sekarang umat TUHAN boleh bersukacita. Air mata telah dihapuskan, umat TUHAN telah dihibur oleh Kristus yang hidup. Dia jugalah yang akan memimpin setiap kita kepada hidup yang berpengharapan di masa depan.
Kristus tidak hanya mati untuk kita yang berdosa, tetapi sekarang Ia memberikan hidup-Nya bagi kita melalui kuasa kebangkitan-Nya. Maka sekarang Paulus melihat rahasia janji Allah itu: “...Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?” Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” (1 Kor. 15:54-57). Melalui iman kita kepada Kristus Tuhan yang sudah mengalahkan kuasa kematian menjadi dasar dalam menentukan arah dan tujuan hidup kita ke depan. Kita percaya janji Allah tidak pernah berhenti pada kematian Kristus. Ini bukanlah akhir cerita bagi-Nya, karena Ia sendiri adalah kehidupan. Allah yang hidup adalah sumber kehidupan bagi seluruh ciptaan-Nya. Jikalau kematian Kristus menjadi titik akhir dan andai kata Kristus tidak dibangkitkan maka sia-sialah kepercayaan kita dan sia-sia pula pengharapan kita akan masa akan datang. Paulus pernah berkata: “Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. Lebih daripada itu kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah membangkitkan Kristus – padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan. Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup di dalam dosamu. (1 Kor. 15:14-18).
Jikalau pengharapan kita sebagai orang Kristen tidak ditujukan kepada kekekalan, maka sesungguhnya kita adalah orang yang paling malang di dunia ini. Kita akan menerima hinaan dan ejekan dari dunia ini. Pengharapan orang percaya menjadi suatu hal yang paling buruk karena hanya membuat orang percaya semakin menderita. Tetapi yang benar adalah Kristus sudah dibangkitkan dan kebangkitan-Nya menjadi dasar pengharapan kita akan masa depan.
Kebangkitan Kristus memimpin hidup orang percaya
Maka, sekarang Petrus berkata: “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan.” (1 Pet. 1:3). Kristus yang bangkit dan yang telah menaklukkan kuasa maut itu tidak hanya menjadi tanda dan jaminan bagi orang percaya beroleh kebangkitan dan hidup kekal di masa depan, tetapi di dalam kebangkitan-Nya itu hidup baru dari ciptaan baru telah datang dan telah menjadi realitas baru di dalam hidup orang percaya. Oleh karena rahmat-Nya yang besar kita telah dilahirkan kembali di dalam hidup yang baru melalui kebangkitan Kristus dan dipimpin menuju suatu hidup yang penuh pengharapan. Di dalam hidup yang baru itulah umat TUHAN berani memiliki keyakinan akan pengharapan hari depan. Mengapa? Karena TUHAN memimpin hidup kita di dalam Yesus Kristus yang bangkit dari antara orang mati kepada suatu hidup yang penuh pengharapan.
Di manakah pengharapan kita? Kita mungkin kecewa dengan diri kita sendiri. Atau bahkan kecewa juga kepada TUHAN Allah pencipta kita. Kalau kita terlalu takut dengan bagaimana pengharapan kita di masa depan, alangkah baiknya kita berhenti sejenak meneruskan perjalanan kita. Marilah kita menyerahkan hidup kita kembali ke dalam tangan TUHAN yang hidup. Tetapi kalau kita merasa yakin dengan segala yang kita miliki dan berkata “Aku tidak membutuhkan pengharapan akan hari depan. Aku tidak membutuhkan TUHAN,” jangan lupa kita sedang menutup anugerah TUHAN. Kita sedang “menghentikan” TUHAN yang sesungguhnya sedang bekerja memimpin jalan hidup kita.
Sebagai manusia tentu saja kita akan berbicara tentang pengharapan akan hari depan. Pengharapan ini sebenarnya bukan bicara tentang “nanti” melainkan tentang “sekarang” ini. Ayat di atas Petrus sudah mengatakan bahwa TUHAN memimpin hidup kita di dalam Yesus Kristus dengan kebangkitan Kristus dari antara orang mati kepada suatu hidup yang penuh pengharapan. Jelaslah bahwa pengharapan kita bukan dimulai dari seluruh pergumulan dan kesulitan kita, tapi dari kelahiran kembali oleh kebangkitan Kristus.
Di dalam iman kita kepada Kristus, TUHAN Allah yang hidup, kita berjalan bersama dengan Dia untuk membangun pengharapan akan hari depan. Apa yang dikatakan Petrus begitu jelas, yaitu bagian yang tidak dapat binasa dan layu. Inilah pengharapan yang kita perlukan dan yang bisa kita dapatkan. Marilah kita serahkan masa depan kita ke dalam tangan TUHAN, bukan didasarkan pada keyakinan diri kita sendiri yang mungkin saja bisa menggoncangkan iman kita, tapi saat tiba waktunya kita akan mendeklarasikan bahwa kita adalah milik TUHAN penebus kita, Yesus Kristus. Dialah TUHAN yang memimpin perjalanan hidup setiap kita, orang percaya. Dan Dialah juga TUHAN yang telah memberikan kelimpahan anugerah-Nya yang telah melahirkan kita kembali kepada suatu kehidupan baru yang penuh pengharapan.
Panggilan untuk mengikut Kristus Yesus Tuhan
Di manakah kita beroleh kepastian pengharapan masa depan? Di manakah kita beroleh kepastian akan TUHAN yang memimpin hidup kita? Kristus memanggil kita dan berkata: “Ikutlah Aku!”. Ia memanggil kita untuk mengikut Dia dan percaya kepada-Nya sebagai TUHAN yang sudah bangkit, sehingga kita boleh menerima anugerah keselamatan dan hidup yang baru. Dan pada akhirnya kita boleh mendeklarasikan, “Aku adalah milik-Mu, TUHAN!”
Pengharapan di dalam Kristus Yesus TUHAN yang sudah bangkit merupakan sesuatu yang pasti karena Ia memegang hari esok dan berkuasa atas kehidupan kita. Oleh karenanya, tidak ada sesuatu yang perlu dikuatirkan dengan hidup kita, atas apa yang kita makan hari ini dan besok, karena Dia memelihara hidup kita. Kini saatnya kita menyerahkan seluruh hidup ini kepada Kristus Yesus Tuhan. Kita tetap mengikut Dia dan menyerahkan seluruh pengharapan kita ke dalam tangan-Nya sehingga dunia yang berdosa ini, atau bahkan kuasa jahat ini tidak akan merebut pengharapan kita di dalam Kristus TUHAN yang sudah bangkit itu.
Selamat Paskah 2015, Tuhan memberkati.
[ Mulatua
]
