HIDUP dan WAKTU
_oOo_
Efesus 5:15-17
“Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan”
|
Hidup itu adalah untuk melayani bukan untuk dinikmati dengan sebebas-bebasnya. Menggunakan setiap waktu dengan bertanggung jawab di dalam hidup karena waktu itu bukan milik manusia. Waktu itu milik Allah yang dipercayakan kepada manusia dan setiap manusia memiliki “kavling” waktunya masing-masing, dan itu tidak sama satu dengan yang lainnya.
Ada dua sisi kehidupan kita, yaitu masa fajar dan masa senja. Semua manusia tanpa terkecuali pasti mengalami kedua sisi kehidupan itu. Tidak hanya pada orang-orang yang terkenal atau selebritis yang pada satu masa mereka berada di puncak ketenaran, lalu di satu masa selanjutnya mereka berada di titik terbawah di mana orang tidak mengenal mereka lagi. Ada saatnya kita mengalami masa-masa fajar hidup seperti di masa muda dan ada saatnya kita berada di masa senja hidup, masa-masa di mana tubuh, pikiran kita mengalami penurunan seiring dengan umur yang semakin bertambah.
Hal itulah yang tertulis di dalam Pengkhotbah 12:1-6. Di ayat 2-5 menggambarkan bagaimana kondisi di dalam hidup senja. Bisa dikatakan bahwa masa tua itu adalah “hukuman” Tuhan bagi arogansi manusia. Masa tua adalah siksaan yang luar biasa bagi kita yang mengandalkan kemudaan atau fajar hidup. Sedangkan di ayat 6 menggambarkan betapa cepatnya waktu berjalan secepat pelita yang tergantung di atas jatuh ke bawah. Dan puncak ayat ini diakhiri dengan kalimat “Segala sesuatu adalah sia-sia”.
Kita yang hidup di dunia ini dan menjadi tua, lalu menjadi sia-sia. Jikalau demikian apakah arti hidup itu? Pengkhotbah menuliskan hal ini ditujukan kepada orang-orang yang tidak mau peduli dengan Allah. Orang-orang seperti ini akan mengalami kesia-siaan demi kesia-siaan walau di masa muda mereka banyak pencapaian-pencapaian dan prestasi yang mereka torehkan. Kita mengetahui bahwa baik orang yang hidupnya berpusatkan pada Allah maupun yang tidak, akan sama-sama mengalami masa tua. Namun, perbedaan di antara keduanya ialah orang-orang yang hidupnya berpusat pada Allah akan menjalankan hidup dengan hikmat dan kebijaksanaan yang pada akhirnya berbuah kebahagiaan, sedangkan bagi mereka yang hidupnya tidak berpusat pada Allah, mereka akan merasakan hidup di masa tuanya dengan perasaan hidup yang menyiksa.
Rasul Paulus memberikan satu nasihat yang penting sekali dalam hal mengisi hidup atau menggunakan waktu di dalam hidup kita. Kita perhatikan Efesus 5:15-17 dan Efesus 4:1, Rasul Paulus mengingatkan kita bahwa jika kita adalah orang yang dipanggil Tuhan, pertanyaannya pentingnya adalah apakah hidup kita sudah sungguh-sungguh berpadanan dengan panggilan itu? Kita telah dibeli oleh darah Kristus yang sangat mahal itu, lalu apakah kita layak untuk menjalani hidup dengan sembarangan atau menjalani hidup yang biasa-biasa saja? Lalu, apa yang seharusnya menjadi respon kita? Akankah kita akan menjalani hidup ini tanpa gairah untuk senantiasa berusaha memberi yang terbaik pada Tuhan sebagai ucapan syukur? Ingatlah, anugerah yang sudah Tuhan berikan menuntut respon dan tanggung jawab.
“...perhatikan dengan saksama bagaimana kamu hidup...”
Paulus menghendaki supaya kita memerhatikan hidup yang kita jalani dengan sungguh-sungguh. Mengritisi hidup kita sendiri terlebih dahulu sebelum mengritisi hidup orang lain. Hidup kita seringkali seperti sebuah treadmill, kita begitu sibuk mengerjakan segala macam aktivitas padahal sebenarnya kita tidak pernah bergerak maju. Kita hanya berjalan di tempat. Lalu Paulus melanjutkan dengan kalimat:
“...dan pergunakanlah waktu yang ada..”
Salah satu ciri dari orang arif adalah mempergunakan waktu yang ada. Seberapa besar dipercayakan di situlah ia harus mengerjakan apa yang dipercayakan di dalam waktu yang ada. Seringkali orang berkata “saya kehabisan waktu”. Mungkin sebenarnya bukan kehabisan waktu, tapi tidak efektif menggunakan waktu. Orang berhikmat adalah orang yang sadar akan waktu. Semua orang memiliki waktu yang sama, perbedaannya adalah bagaimana seseorang bisa berhikmat dalam menggunakan waktunya.
“...karena hari-hari ini adalah jahat...”
Implikasi dari kalimat ini adalah jika kita tidak menggunakan waktu yang ada dengan sungguh-sungguh, maka iblis yang akan menggunakannya. Ada adagium yang berbunyi: “opportunity seldom knock twice,” artinya kesempatan mungkin jarang datang dua kali. Oleh karenanya selagi masih ada kesempatan, pergunakanlah itu dengan sebaik-baiknya. Dalam bahasa Yunani, ada dua pengertian tentang waktu, yakni waktu “kronos” dan waktu “kairos”. Waktu Kronos maksudnya adalah waktu yang terus berjalan secara kronologis dari detik ke detik, menit ke menit, jam ke jam, dan seterusnya, sama seperti detak jarum yang terus berjalan tanpa henti. Sedangkan waktu kairos maksudnya adalah waktu dalam pengertian suatu momen atau kesempatan yang datang di dalam waktu kronos yang terus berjalan. Di dalam kedua pengertian ini, kita semestinya tidak terjebak hanya hidup di dalam kronos yang terus berjalan, tapi kita dituntut untuk menciptakan momen kairos.
“...tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.”
Berusaha mengerti apa yang ditetapkan Allah bagi kehidupan bukan hanya karena sudah ditetapkan maka kita boleh bermalas-malasan, tidak mengerjakan apa-apa (doing nothing). Kalau kita mengerti apa yang menjadi kemauan Tuhan, maka waktu kita tidak akan terbuang sia-sia. Sama seperti kehidupan pelayanan Yesus di dunia yang hanya dalam kurun waktu singkat (kurang lebih tiga setengah tahun), Ia memiliki fokus dan tujuan yang jelas, yaitu mengerjakan karya keselamatan melalui kematian dan kebangkitan-Nya.
Pada akhirnya kita boleh merenungkan hidup kita, apakah kita sudah terlalu banyak membuang waktu kita untuk sesuatu yang tidak berguna? Apakah yang sudah kita perbuat selama kita hidup? Kiranya kita menjalani hidup ini dengan tepat dan tulus selagi waktu masih Tuhan berikan kepada kita.
Selamat Paskah 2015, Tuhan memberkati.
[ Megawana
]
