KEHIDUPAN BARU DI DALAM KRISTUS
(Eksposisi Yohanes 3:6-10) – Bagian II
_oOo_
Pengantar
Tulisan ini merupakan Eksposisi Yohanes 3:6-10 (Bagian ke-2) sekaligus kelanjutan dari pembahasan eksposisi sebelumnya (Yohanes 3:1-5) yang sudah di terbitkan dalam Buletin Paskah Persekutuan Studi Reformed tahun 2014.
Pembahasan.
YOHANES 3:6-7
“Apa yang dilahirkan dari daging adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: “Kamu harus dilahirkan kembali”.
|
Ayat ini menyatakan penegasan kembali yang dilakukan oleh Yesus betapa sangat esensialnya kelahiran kembali bagi seseorang untuk mendapatkan kehidupan yang kekal. Di ayat sebelumnya (ayat 3) Yesus juga berkata: “… Jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah.” Mengapa kelahiran baru begitu penting? Karena manusia alami sama sekali tidak memiliki kehidupan rohani. Dia tidak hanya orang bodoh yang memerlukan nasihat untuk jadi bijaksana, bukan juga orang sakit yang membutuhkan obat, tapi sesungguhnya orang berdosa itu jauh lebih buruk dari itu. Alkitab menyatakan orang berdosa adalah mereka yang sudah mati di dalam dosa dan pelanggarannya. Efesus 2:1-4 menuliskan realita ini: “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.” Orang berdosa tidak memiliki kehidupan secara rohani, itu sebabnya mereka memerlukan kebangkitan rohani. Orang berdosa adalah anggota ciptaan lama yang hidup di bawah kutuk Allah, oleh sebabnya mereka perlu diubahkan menjadi ciptaan baru yang hidup di dalam berkat Allah. Oleh karena itu, orang berdosa harus dilahirkan kembali (lahir baru).
Lalu, apakah kelahiran baru itu? Kelahiran baru bukanlah penghapusan sesuatu dari orang berdosa, bukan juga pengubahan sesuatu di dalam dirinya. Kelahiran baru adalah Allah memberikan sesuatu kepada orang berdosa itu. Kelahiran baru merupakan penempatan atau penanaman suatu tabiat baru di dalam diri seseorang. Dan tabiat itu datang dari Allah sendiri. Sama seperti kita saat dilahirkan, pertama-tama yang kita terima dari orang tua kita adalah tabiat orang tua kita. Sama halnya ketika kita mengalami kelahiran baru, maka kita menerima tabiat yang datang dari Allah. Roh Allah melahirkan kepada kita sifat atau keadaan rohani sebagaimana yang tertulis dalam 2 Petrus 1:4, “Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan.”
Kelahiran baru bukanlah perubahan dalam kelakuan orang yang diusahakan sendiri. Bukan juga pendidikan yang diterima orang alami. Juga bukan penyucian manusia lama. Kelahiran baru adalah penciptaan manusia baru di dalam Kristus. Di dalam 2 Korintus 5:17 dikatakan: “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru; yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”
YOHANES 3:8
“Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau kemana ia pergi. Demikian halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.”
|
Ayat ini menjelaskan bahwa kelahiran kembali tidak terjadi atas campur tangan manusia. Ia tidak terjadi melalui suatu mekanisme tertentu. Kelahiran kembali semata-mata merupakan tindakan supranatural Allah kepada orang percaya melalui kuasa Roh Kudus yang bekerja pada diri seseorang. Ia terjadi secara misterius di dalam diri seseorang. Kita tidak pernah tahu secara pasti kapan hal itu terjadi pada diri kita, namun kita hanya bisa tahu ketika kita sudah berada di dalamnya melalui kesaksian Roh Kudus di dalam diri kita. Ketika kita dilahirkan kembali, Roh Kudus akan tinggal tetap di dalam diri kita. Kuasa Roh Kudus hadir dan terus bekerja di dalam diri kita. Tanda bahwa Roh Kudus hadir di dalam diri kita adalah kita menghasilkan buah Roh sebagaimana yang Paulus nyatakan dalam Galatia 5:22-23. “Tetapi buah Roh adalah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal itu.” Jadi, buah itulah yang menjadi bukti otentik yang tidak mungkin bisa dipalsukan untuk membuktikan seseorang apakah ia sudah dilahirkan kembali atau belum. Sebagaimana dikatakan dalam Matius 7:17-17: “Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.”
YOHANES 3:9-10
Nikodemus menjawab, katanya: “Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?” Jawab Yesus: “Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?”
|
Pertanyaan Nikodemus sungguh-sungguh menunjukkan pemikiran manusia alami. Kita tahu Nikodemus adalah seorang ahli agama yang memiliki pendidikan yang baik. Tak diragukan lagi, ia adalah seseorang yang patut diteladani, baik secara pengetahuan agama maupun secara susila. Namun, ketika diperhadapkan dengan sebuah pernyataan sederhana yang dilontarkan oleh Tuhan Yesus, seluruh pengetahuannya seolah-olah tidak dapat memberikan respon yang benar. Di sini kita melihat bagaimana untuk mengerti perkara-perkara ilahi, tidak cukup seseorang memiliki pendididikan atau pengetahuan tinggi. Tanpa pertolongan Roh Kudus yang membuka hati kita dan mencerahkan pikiran kita, kita tidak akan mampu mengerti dan memahami apa yang di firmankan oleh Allah.
Mendengar jawaban Nikodemus yang mempertanyakan kembali mengapa hal itu terjadi, Tuhan Yesus menjawab dengan nada kecaman yang tajam. Tuhan Yesus seolah-olah berkata: “Hei Nikodemus, engkau adalah seorang guru, tetapi engkau sendiri belum diajar!” Kecaman Tuhan Yesus kepada Nikodemus menjadi suatu yang ironis, mengapa seorang guru dan pengajar, seorang ahli agama terpandang masih dapat menolak kebenaran-kebenaran Ilahi? Itu sebabnya, kita tidak boleh bersandarkan pengajaran manusia. Cara yang baik untuk belajar adalah menguji segala sesuatu dengan standar kebenaran firman Tuhan.
Selamat Paskah 2015, Tuhan memberkati.
[ Nikson
]
