Natal Tanpa Kristus?
_oOo_
 
 
Filipi 2:6-11
2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. 2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. 2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, 2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, 2:11 dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan, " bagi kemuliaan Allah, Bapa!
 
 
Ketika setiap tahunnya kita merayakan Natal, seringkali kita disuguhkan Natal yang dirayakan tanpa ada Kristus di dalamnya. Suasana Natal seakan sebegitu rupa dieksploitasi hanya demi kepentingan bisnis semata. Natal memang dirayakan dengan suasana penuh sukacita, semua bergembira, berpesta makan minum, saling mengucapkan selamat Natal, dan mungkin saling memberi hadiah. Ada begitu banyak cara merayakan Natal dengan bentuk tradisi berbeda-beda di dunia ini. Di tengah suasana ini, kita juga menyadari ternyata begitu banyak perayaan Natal tanpa ada Kristus di dalamnya .
 
Sebagai orang percaya kita harus mengerti bahwa Natal tidak mungkin dilepaskan dari Kristus. Sebagaimana Pdt. Dr. Stephen Tong pernah berkata, “Natal adalah tanda dari Allah agar manusia berhenti mencari Allah dengan usaha sendiri. Segala usaha manusia melalui agama adalah sia-sia. Maka dalam pandangan Allah tidak ada seorangpun yang mencari Allah (Rm. 3:11), oleh karena itu Allah sendiri yang datang mencari manusia”. Oleh karenanya, kita selalui diingatkan bahwa Natal sesungguhnya adalah dimulainya rencana Allah di dunia untuk mencari manusia berdosa agar kembali kepada-Nya.
 
Bagaimana kita mengetahui bahwa Natal hanya mengenai Kristus dan tidak mungkin dilepaskan dari Kristus? Melalui Filipi 2:6-11 ini kita akan mengerti bagaimana Rasul Paulus menjelaskan siapakah sosok Kristus itu ketika masuk ke dunia untuk menjalankan rencana keselamatan dari Allah Bapa.
 
Pertama, kita diajarkan bahwa Kristus tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan (ayat 6). Di sini kita bicara tentang Kristus dalam rupa Allah. Sebelum datang ke dunia, Kristus secara natur dan keberadaan adalah Allah. Jadi, ketika merayakan Natal kita harus memulainya dengan mengingat bahwa Kristus adalah Allah yang kekal. Kristus mempunyai semua kuasa, atribut, karakteristik yang dipunyai Allah. Akan tetapi sebagai milik, Dia tidak mempertahankannya
 
Kedua, kita diajarkan bahwa Dia telah mengosongkan diri-Nya sendiri (ayat 7). Dia tinggalkan semua atribut kesetaraan-Nya dengan Allah dan Dia datang ke dunia. Istilah mengosongkan diri-Nya di sini berarti mencurahkan seluruhnya, sepenuhnya, dan bahkan sampai dengan rela mengesampingkan kemuliaan-Nya dan menyerahkan kehormatan-Nya. Sebagaimana Yesaya 53 gambarkan, tidak ada keindahan di dalam Dia bahwa manusia akan menginginkan Dia. Dia dibenci, Dia ditolak. Untuk apa? Tentu saja seperti yang tertulis di Yohanes 6, “Aku datang bukan untuk melakukan kehendak-Ku tetapi kehendak-Nya akan Dia yang mengutus Aku.” Kristus hanya melakukan apa yang menjadi kehendak dan apa yang menyenangkan Allah Bapa.
 
Ketiga, kita diajarkan bahwa Dia mengambil rupa seorang hamba (ayat 7), seorang budak. Dia datang ke dunia bukan menjadi raja di bumi, atau bukan menjadi raja Israel, melainkan menjadi “budak” yang siap melakukan perintah Tuannya. Dia datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani (Luk. 22:27). Bagaimana ciri seorang budak? Penyerahan total dan mutlak kepada kehendak orang lain. Dalam konteks ini, apa yang dilakukan Kristus adalah penyerahan diri kepada kehendak Bapa-Nya. Apapun yang menjadi kehendak Allah Bapa, dengan senang hati Dia terima dan lakukan. Tak terkecuali ketika dengan rela Dia memberikan hidup-Nya.
 
Keempat, kita diajarkan bahwa Dia menjadi sama dengan manusia (ayat 7 dan 8). Dia benar-benar manusia dan merasakan apa yang dialami oleh manusia. Inilah inkarnasi. Dia sepenuhnya Tuhan dan sepenuhnya manusia. Jadi, bukan setengah Tuhan dan setengah manusia. Dia lahir di bumi sebagai manusia, tumbuh dewasa, melayani selama di bumi, dan pada akhirnya Dia menyerahkan hidupnya di atas kayu salib untuk menebus dosa manusia.
 
Kelima, kita diajarkan bahwa Dia telah merendahkan diri-Nya dan bahkan taat sampai mati di kayu salib (ayat 8). Betapa Dia tidak mementingkan diri-Nya sendiri. Ketika di saat-saat terakhir hidup-Nya, di taman Getsemani Dia berdoa kepada Allah Bapa, “Ya Bapa, biarlah cawan ini berlalu dari pada-Ku, namun bukan kehendak-Ku tetapi kehendak-Mu lah yang jadi.” Dia merendahkan diri-Nya. Dia berdoa di Yerusalem sewaktu Dia mulai merasakan salib datang pada-Nya dan Dia tahu di salib itu Dia akan menanggung beban semua dosa dari semua orang yang akan percaya sepanjang sejarah manusia. Dia akan menanggung dosa dan Dia akan merasakan murka Allah. Ini suatu hal yang tidak dapat kita pahami dengan pikiran manusia yang terbatas ini. Dia merendahkan diri-Nya dan menjadi taat, bahkan sampai mati di kayu salib untuk dosa-dosa kita, orang-orang yang sebenarnya tidak layak menerimanya, tetapi oleh karena kasih karunia-Nya, Dia diberikan kepada kita.
 
Dengan melihat kelima hal yang diajarkan oleh Rasul Paulus ini, kita bisa mengerti bahwa dengan alasan-alasan tersebut Kristus dengan sempurna mematuhi kehendak Allah Bapa. Oleh karenanya Allah Bapa sangat meninggikan Dia (ayat 9-11).
 
Natal dimulai oleh Allah Bapa, dikerjakan oleh Yesus Kristus, dan kembali lagi kepada Allah Bapa. Jadi, adalah hal yang tidak mungkin jikalau kita memisahkan Natal dengan Kristus. Seluruh atribut Natal yang dibuat manusia dengan segala kegemerlapannya menjadi tidak penting ketika kita mengerti bagaimana Kristus datang ke dunia untuk mengerjakan rencana Allah Bapa. Firman Tuhan yang ditulis oleh Rasul Paulus di Filipi 2:6-11 ini mengajarkan kita dengan jelas mengenai hal ini.
 
Selamat Natal 2018 dan Tahun Baru 2019
[ Ranto Manoto]
 
Pin It
 
 

 
Copyright © Persekutuan Studi Reformed
 
 
Persekutuan Studi Reformed
Contact Person: Sdri. Deby – 08158020418
 
About Us  |   Visi  |   Misi  |   Kegiatan