[PERJAMUAN] MAKAN & KEMATIAN KRISTUS
_oOo_
Pengantar
Makan merupakan kebutuhan hidup utama dari manusia. Tiap hari kita membutuhkan makan. Ada adagium yang mengatakan “Kita makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan”. Artinya, makan menjadi sarana yang digunakan untuk kita bertahan hidup, bukan kita hidup sekadar untuk mencari makan. Maka dari itu, makan merupakan aktivitas penting yang harus terus menerus kita lakukan. Di dalam Dictionary of the Biblical Imagery dikatakan, “With seven hundreds references to the act of eating (not counting references to *drinking and *food), we can say with the confidence that eating is a master image of the Bible.” Dari sini kita mengetahui bahwa makan mendapatkan tempat yang sangat penting di dalam Alkitab. Lalu dikatakan kembali, “The reference to the eating serve as a reminder of the physical identity of people in the world , but they are equally a reminder of the spiritual realities of the biblical faith”. Artinya aktivitas makan di dalam Alkitab tidak hanya dilihat dari aspek jasmani sebagai identitas fisik saja, tetapi juga terkait dengan aspek realitas spiritual dari iman Alkitabiah. Maka dari itu, di dalam tulisan ini kita akan menggali dari Alkitab akan makna teologis dari makan atau perjamuan makan yang nantinya dikaitkan dengan kematian Kristus melalui kisah Yesus memberi makan lima ribu orang yang tercatat dalam Lukas 9:10-17.
Lukas 9:10-17
9:10 Sekembalinya rasul-rasul itu menceriterakan kepada Yesus apa yang telah mereka kerjakan. Lalu Yesus membawa mereka dan menyingkir ke sebuah kota yang bernama Betsaida, sehingga hanya mereka saja bersama Dia. 9:11 Akan tetapi orang banyak mengetahuinya, lalu mengikuti Dia. Ia menerima mereka dan berkata-kata kepada mereka tentang Kerajaan Allah dan Ia menyembuhkan orang-orang yang memerlukan penyembuhan. 9:12 Pada waktu hari mulai malam datanglah kedua belas murid-Nya kepada-Nya dan berkata: “Suruhlah orang banyak itu pergi, supaya mereka pergi ke desa-desa dan kampung-kampung sekitar ini untuk mencari tempat penginapan dan makanan, karena di sini kita berada di tempat yang sunyi.” 9:13 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Kamu harus memberi mereka makan!" Mereka menjawab: "Yang ada pada kami tidak lebih dari pada lima roti dan dua ikan, kecuali kalau kami pergi membeli makanan untuk semua orang banyak ini." 9:14 Sebab di situ ada kira-kira lima ribu orang laki-laki. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Suruhlah mereka duduk berkelompok-kelompok, kira-kira lima puluh orang sekelompok.” 9:15 Murid-murid melakukannya dan menyuruh semua orang banyak itu duduk. 9:16 Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya supaya dibagi-bagikannya kepada orang banyak. 9:17 Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian dikumpulkan potongan-potongan roti yang sisa sebanyak dua belas bakul.
Makan dan Identitas Yesus
Satu hal menarik dari narasi Yesus memberi makan lima ribu orang ini, kisah ini diapit oleh 2 (dua) kisah yang sama-sama terkait dengan identitas Yesus. Siapakah Yesus?
Kisah pertama muncul di ayat 7-9 tentang bagaimana Herodes mempertanyakan akan identitas Yesus. Siapakah gerangan Yesus yang telah melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, melakukan berbagai macam mukjizat seperti mengusir roh jahat dari Gerasa (Luk. 8:26-30), membangkitkan anak Yairus dan menyembuhkan seorang perempuan yang sakit pendarahan (Luk. 8:40-56)? Dan bahkan ketika Ia memanggil dan mengutus murid-murid-Nya, Yesus memberikan tenaga dan kuasa untuk memberitakan Kerajaan Allah dan menyembuhkan penyakit-penyakit (Luk. 9:1-2). Terkait dengan pertanyaan Herodes ini, Lukas memberikan tiga alternatif jawaban, yaitu ada kemungkinan Ia adalah Yohanes Pembaptis yang bangkit dari kematian, ada juga yang mengatakan itu Elia, atau mungkin seseorang nabi-nabi dahulu yang bangkit dari kubur.
Kisah kedua muncul di ayat 18-21 yang berbicara tentang Yesus yang bertanya kepada murid-murid-Nya, “Kata orang banyak, siapakah Aku ini? Jawab mereka: “Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan Elia, ada pula yang mengatakan seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit. Yesus bertanya kepada mereka: “Menurut kamu siapakah Aku ini?” Jawab Petrus: “Mesias dari Allah”””.
Dari kedua kisah di atas, terdapat kesamaan jawaban terkait dengan pertanyaan tentang siapa Yesus, yakni: kemungkinan Yohanes Pembaptis yang sebelumnya kepalanya telah dipenggal oleh Herodes akan bangkit kembali dari kematian, atau Nabi Elia yang sebelumnya diangkat ke surga, apakah Ia akan datang kembali untuk menyiapkan jalan untuk kedatangan Mesias atau mungkin salah satu nabi-nabi zaman dahulu sebagaimana yang dicatat dalam Ulangan 18:17-19 bahwa suatu hari nanti TUHAN akan membangkitkan seorang nabi seperti Musa.
Pertanyaannya sekarang, Mengapa Lukas menempatkan kisah Yesus memberi makan 5000 orang ini diantara dua kisah terkait dengan identitas siapa Yesus? Menurut Tim Chester di dalam bukunya A Meal With Jesus, dikatakan bahwa peristiwa memberi makan massal ini merupakan petunjuk penting pada identitas Yesus. Yang membuat perbedaan antara pertanyaan Herodes yang tidak terjawab dan jawaban Yesus terletak pada makan massal yang terjadi di padang gurun itu. Lebih lanjut Chester meneliti ternyata kisah ini memiliki relevansi dengan kisah di Perjanjian Lama.
Yang pertama adalah kisah Allah mengirimkan manna kepada bangsa Israel ketika mereka mengeluh dan bersungut-sungut kepada Musa karena kekurangan makanan setelah sebelumnya Allah sudah menunjukkan kuasanya dengan menyelamatkan umat-Nya dari perbudakan Mesir. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit hujan roti bagi mu,…” (Kel. 16:4). Peristiwa turunnya manna di kitab Keluaran ini memiliki gaung yang sama dengan peristiwa memberi makan 5000 orang di Injil Lukas. Sekembalinya dari padang belantara, mereka harus mengalami kelaparan. Dengan jumlah kurang lebih 5000 orang laki-laki yang ada di sana, tentu dengan lima roti dan dua ikan yang tersedia tidak akan mencukupi seluruh kebutuhan yang ada. Dalam situasi ini Yesus segera bertindak. Ia kemudian mengambil lima roti dan dua ikan itu, lalu menengadah ke langit, mengucap berkat, dan memecah-mecahkan roti itu dan memberikan kepada murid-murid-Nya supaya dibagikan kepada orang banyak (Luk. 9:16). Kira-kira delapan hari setelah peristiwa ini, muncul peristiwa transfigurasi di mana Yesus dengan rupa sudah berubah bertemu dengan Musa dan Elia. Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan “kepergian-Nya” yang akan digenapi-Nya di Yerusalem. Maksud “kepergian-Nya” di sini jelas menunjuk kepada penderitaan yang akan dialami dan pada akhirnya berujung pada kematian-Nya di kayu salib. Dari sini kita bisa melihat suatu makna teologis dari kedua kisah ini, bahwa Yesus adalah Musa yang baru (New Moses) yang akan memimpin umat-Nya menuju keluaran baru, untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa dan kematian.
Yang kedua adalah kisah Elisa yang menyuruh pelayannya untuk memberi makan sekelompok abdi Allah dengan dua puluh roti jelai serta gandum. Pelayannya tersebut menjawab: “Bagaimana aku dapat menghidangkan ini di depan 100 orang?” Jawab Elisa: “Berikan kepada orang-orang itu supaya mereka makan, sebab beginilah firman TUHAN: Orang akan makan, bahkan ada sisanya. Lalu dihidangkannyalah di depan mereka, maka makanlah mereka dan ada sisanya sesuai dengan firman-Nya.” Demikian kisah ini juga memiliki gaung yang sama dengan peristiwa memberi makan 5000 orang di Injil Lukas di mana Tuhan menyediakan dan memenuhi seluruh kebutuhan makanan yang ada dan bahkan tersisa 12 bakul. Seperti kita ketahui, pada waktu Elia diangkat ke surga, ada satu momen di mana Elisa mengambil jubah Elia yang menandakan dia adalah penerus Elia. Karena Yesus melakukan mukjizat sama seperti dengan apa yang dilakukan Elisa, maka Yesus dimungkinkan adalah Elia yang baru (New Elijah) yang datang untuk menyediakan kebutuhan bagi umat-Nya.
Makan dan Kematian Yesus.
Dalam kisah memberi makan 5000 orang khususnya yang tercatat pada Lukas 9:16 dikatakan: “Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya supaya dibagi-bagikannya kepada orang banyak.” Dalam kisah Perjamuan Terakhir yang tercatat pada Lukas 22:19 dikatakan: “Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.”
Jika kita perhatikan kedua ayat ini memuat rangkaian kata-kata yang sama dengan urutan yang sama, yaitu: mengambil, mengucap syukur/berkat, dan memecah-mecahkan. Dari kedua bagian ini sepertinya Lukas ingin membuat suatu koneksi bahwa Yesus adalah Mesias yang menyediakan perjamuan agung untuk umat-Nya dan menjadi tuan tamunya. Namun Mesias yang diharapkan dan dinantikan itu datang bukan untuk membebaskan Israel dari penjajahan Roma, tetapi Ia akan menderita, dihakimi, dan bahkan mati untuk menggantikan tempat kita. Yesus adalah tuan rumah dari perjamuan-Nya dan Ia menyediakan bagi kita melalui kematian-Nya.
Pemberian makan kepada 5000 orang ini merupakan gambaran kecil dari “perjamuan makan Mesianik” yang sebelumnya sudah dinubuatkan oleh Nabi Yesaya kira-kira 800 tahun sebelum masa Yesus sebagaimana di catat dalam Yesaya 25:6-9: “TUHAN semesta alam akan menyediakan di gunung Sion ini bagi segala bangsa-bangsa suatu perjamuan dengan masakan yang bergemuk, suatu perjamuan dengan anggur yang tua benar, masakan yang bergemuk dan bersumsum, anggur yang tua yang disaring endapannya. Dan di atas gunung ini TUHAN akan mengoyakkan kain perkabungan yang diselubungkan kepada segala suku bangsa dan tudung yang ditudungkan kepada segala bangsa-bangsa. Ia akan meniadakan maut untuk seterusnya; dan Tuhan ALLAH akan menghapuskan air mata dari pada segala muka; dan aib umat-Nya akan dijauhkan-Nya dari seluruh bumi, sebab TUHAN telah mengatakannya. Pada waktu itu orang akan berkata: “Sesungguhnya, inilah Allah kita, yang kita nanti-nantikan, supaya kita diselamatkan. Inilah TUHAN yang kita nanti-nantikan; marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita oleh karena keselamatan yang diadakan-Nya!” Perjamuan ini merupakan perayaan kekal bagaimana Mesias akan mengalahkan kematian, memperbaiki dunia dan memampukan kita untuk menikmati kehadiran Allah.
Pemberian makan kepada 5000 orang itu bukan hanya menyambut pengharapan akan perjamuan Mesianik, tapi melaluinya Yesus sedang memperteguh kebaikan ciptaan Allah sebagaimana dunia baru yang Ia janjikan. Dunia ini tidak akan dihancurkan melainkan ditebus. Makanan memberikan makna ini karena makanan merupakan bagian dari ciptaan Allah yang baik dan bagian dari ciptaan yang baru.
Penutup
Melalui tulisan ini, sekali lagi kita diingatkan bahwa di dalam (perjamuan) makan yang kita lakukan tidak hanya mengingat akan pemeliharaan Tuhan di dalam hidup kita tapi melaluinya sekali lagi kita boleh mencicipi akan anugerah Tuhan yang besar dan karya Tuhan yang telah menebus kita melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Pada akhirnya kita akan menikmati kepenuhan dari “Perjamuan Makan” bersama-sama dengan Allah di kekekalan nanti.
Selamat Paskah 2017, Tuhan memberkati.
[ Nikson Sinaga
]
