EKSPOSISI YOHANES 9:24-34
MENURUT MATTHEW HENRY
 
_oOo_
 
Konteks Pendahuluan [Yohanes 9: 1-23]
 
Bagian ini dimulai dengan suatu pertanyaan yang diajukan para murid kepada Yesus tatkala mereka melewati seseorang yang diketahui buta sejak lahirnya, “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” Yesus menjawab, “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia”.
 
Sebelum melakukan pekerjaan Allah, Yesus mulai dengan pernyataan umum bahwa adalah penting untuk segera melaksanakan pekerjaan Allah. Yesus memulai pekerjaan-Nya dengan meludah ke tanah, mengaduknya, lalu mengoleskannya ke mata orang buta itu. Kemudian Ia menyuruh membasuhnya di kolam siloam. Hal ini terjadi pada hari Sabat dan tindakan ini dianggap sebagai sebuah pelanggaran aturan Sabat.
 
Lalu tetangga yang mengenalnya sebagai pengemis bertanya perihal orang yang tadinya buta itu kini menjadi melek. Mereka kemudian membawanya kepada orang Farisi. Bisa jadi ini sebenarnya keinginan mereka untuk mengetahui bukti mukjizat yang dilakukan Yesus. Orang Farisi memulainya dengan pertanyaan bagaimana matanya menjadi melek? Dengan hati-hati ia menjawab: “Ia mengoleskan adukan tanah pada mataku, lalu aku membasuh diriku, dan sekarang aku dapat melihat.”
 
Setelah itu, terjadi perpecahan di antara orang-orang Farisi. Sebagian dari mereka berkata Yesus tidak datang dari Allah karena Ia tidak memelihara hari Sabat. Tetapi sebagian pula berkata bagaimana seorang berdosa dapat membuat mukjizat yang demikian. Maka timbullah pertentangan di antara mereka.
 
Kemudian orang Yahudi menanyakan pendapat orang buta itu tentang Yesus: “Dan engkau, apakah katamu tentang Dia, karena Ia telah memelekkan matamu?” Jawabnya: “Ia adalah seorang nabi.” Mereka tak percaya pengakuan orang buta itu, kemudian memanggil orang tuanya. Mereka bertanya kepada orang tuanya: “Ini anakmu, yang kamu katakan bahwa ia lahir buta? Kalau begitu bagaimanakah ia sekarang dapat melihat?” Jawab orang tua itu: “Yang kami tahu ialah, bahwa dia anak kami dan bahwa ia lahir buta.” Meski kemungkinan orang tuanya sebenarnya sudah tahu bahwa anaknya sekarang sudah dapat melihat, tapi pertanyaan bagaimana proses kesembuhannya mereka menjawab tidak tahu. Orang tua itu meminta mereka bertanya langsung kepada si anak karena takut dikucilkan jikalau mengakui Yesus sebagai Mesias.
 
 
[ Yohanes 9:24 ]
Lalu mereka memanggil sekali lagi orang yang tadinya buta itu dan berkata kepadanya: “Katakanlah kebenaran di hadapan Allah; kami tahu bahwa orang itu orang berdosa.”
 
 
Setelah gagal membuktikan ketidak benaran bukti tentang mukjizat itu, maka dimulai dari ayat ini mereka melakukan usaha lain, yaitu menjelekkan dan menghina mukjizat itu. Mereka berusaha mengguncangkan pikiran orang yang sudah dicelikkan matanya itu mengenai Kristus dan berusaha meyakinkannya bahwa Kristus itu jahat. Suatu tindakan lancang dan sombong karena mereka tidak mau mengakui bahwa sebenarnya justru mereka yang butuh banyak informasi. Pokoknya, mereka tahu betul bahwa Kristus itu orang berdosa meski Kristus sendiri pernah menantang mereka untuk membuktikan bahwa Dia telah berbuat dosa (Yoh. 8:46), tapi mereka tak mampu berkata apapun. Justru sekarang mereka malah menggunjingkan-Nya sebagai orang jahat yang berbuat dosa.
 
Pada Roma 8:3 dinyatakan bahwa Dia tidak saja mengambil rupa seorang hamba, melainkan sebagai seorang yang berdosa. Cela dan hina ditimpakan kepada-Nya. Ia dianggap sama berdosanya seperti halnya manusia lainnya. Di sini terjadi perdebatan mengenai siapa Yesus. Orang Farisi menyebut Yesus orang berdosa, tapi orang buta tersebut menyebut Yesus sebagai nabi.
 
Sesungguhnya peristiwa ini kembali meneguhkan kita bahwa kita tidak akan kekurangan saksi bagi Kristus. Seorang buta dan miskin pun bisa dipakai menjadi saksi-Nya. Walau sebelumnya orang buta itu tidak pernah melihat Kristus, tapi dia telah merasakan anugerah-Nya.
 
 
[ Yohanes 9:25 ]
Jawabnya: “Apakah orang itu orang berdosa, aku tidak tahu; tetapi satu hal aku tahu, yaitu bahwa aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat.”
 
 
Orang buta itu bersikukuh untuk berpegang pada kebenaran yang ia percayai meski harus berhadapan dengan mereka yang berusaha menggoyahkannya. Ia merasa wajib memberikan kesaksian tentang hal-hal yang baik tentang Yesus. Di sini secara tak langsung orang buta itu sedang mencela keyakinan mereka bahwa Yesus itu orang berdosa. Meski ia tidak memiliki pengetahuan sebaik orang Farisi perihal siapa Yesus, namun hal ini tidak membuatnya sependapat dengan mereka. Dengan berpegang pada apa yang sudah dialaminya, tanpa bertele-tele dan dengan menggunakan bahasa singkat dan sederhana, ia berkata: “bahwa aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat.” Di sini ia tidak mau terlibat perdebatan lebih jauh mengenai karakter dan pribadi Yesus.
 
 
[ Yohanes 9:26 ]
Kata mereka kepadanya: “Apakah yang diperbuat-Nya padamu? Bagaimana Ia memelekkan matamu?”
 
 
Dikarenakan proses interogasi dianggap tidak menghasilkan kemajuan berarti untuk mempengaruhi kesaksian orang buta itu untuk melawan Yesus, maka orang Farisi kembali berusaha mengacaukan dan menghapus bukti dengan cara mengulang pertanyaan-pertanyaan yang sama (ay. 15a) dan berharap kesaksian orang buta itu menjadi goyah.
 
 
[ Yohanes 9:27 ]
Jawabnya: “Telah kukatakan kepadamu, dan kamu tidak mendengarkannya; mengapa kamu hendak mendengarkannya lagi? Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya juga?”
 
 
Orang buta itu secara tidak langsung sedang mencela dan mengejek orang Farisi itu dengan menyebut barangkali mereka menjadi murid-Nya juga? Ia justru semakin berani dengan nada menantang berkata: “Mengapa kamu hendak mendengarkannya (kesaksian) lagi?” Orang buta itu sedang “menelanjangi” orang Farisi yang terus berusaha menyangkal kebenaran, meski sebenarnya tidak ada alasan apapun untuk menentang kebenaran itu. Orang Farisi telah kehilangan anugerah dan kesempatan untuk menerima kebenaran ini, oleh sebab itu untuk apa diberitahukan sekali lagi.
 
 
[ Yohanes 9:28 ]
Sambil mengejek mereka berkata kepadanya: “Engkau murid orang itu tetapi kami murid-murid Musa.”
 
 
Saat orang Farisi itu kehabisan argumentasi lagi, merekapun menjadi berang dan malah mengolok-olok orang buta itu. Perkataan “Engkau murid orang itu” merupakan suatu ejekan karena orang Farisi tentu tidak akan mau menjadi murid-Nya. Dengan bangga orang Farisi menyebut diri mereka sebagai murid Musa yang tidak memerlukan Guru lain. Mereka membanggakan diri mereka sebagai keturunan Abraham, meski hal itu tidak menjamin keselamatan mereka. Di sini terlihat jelas betapa orang Farisi sangat menyedihkan dalam beragama. Musa diterima, tapi Yesus ditentang walaupun keduanya menunjukkan keserasian yang sempurna. Musa merupakan bayang-bayang dari Kristus dan Kristus menyempurnakan Musa. Dengan demikian seharusnya mereka bisa menjadi murid Musa sekaligus murid Kristus.
 
 
[ Yohanes 9:29 ]
“Kami tahu, bahwa Allah telah berfirman kepada Musa, tetapi tentang Dia itu kami tidak tahu dari mana Ia datang.”
 
 
Ini adalah alasan kenapa orang Farisi berpihak kepada Musa dan menentang Yesus, padahal salah satu Firman yang disampaikan kepada Musa adalah mereka harus menanti-nantikan seorang Nabi lain. Tetapi saat Tuhan Yesus muncul dengan berbagai bukti yang menyatakan diri-Nya sebagai nabi, mereka bukan saja menolak-Nya, tapi juga menyalibkan-Nya.
 
Pernyataan mereka “Allah telah berfirman kepada Musa” tentu benar dan tidak dapat disangkal. Akan tetapi, apakah pernyataan bisa membuktikan bahwa Yesus sesat? Baik Musa maupun Yesus keduanya setia pada rencana Allah melalui Firman-Nya. Itu sebabnya tindakan mereka mempertentangkan wewenang Musa dengan wewenang Yesus sekadar alasan yang dibuat-buat untuk menyesatkan orang untuk menganggap Yesus bukan nabi. Padahal keduanya sungguh-sungguh nabi.
 
Alasan berikutnya sungguh tidak masuk akal. Orang Farisi memakai ketidaktahuan mereka tentang Yesus sebagai dalih untuk membenarkan penghinaan mereka. Sampai-sampai mereka tidak mau menyebutkan nama-Nya dengan memakai kata “Dia itu”. Ini sangat menggelikan karena orang Farisi menganggap diri mereka orang berpengetahuan dan tempat bertanya. Seharusnya mereka dapat dengan mudah mengumpulkan informasi tentang Yesus sehingga mereka dapat bersikap dengan benar dan tidak salah menyimpulkan tentang Yesus.
 
Ada pernyataan mereka yang berkontradiksi antara Yohanes 7:27 dan Yohanes 9:29. Di Yoh. 7:27 disebutkan: “Tetapi tentang orang ini kita tidak tahu dari mana asal-Nya.” Kalau tidak tahu, bagaimana mereka bisa menyebut Yesus orang berdosa di Yoh. 9:29? Dalam hal ini apa yang orang Farisi lakukan tentu bergantung pada motif dan tujuan yang ingin mereka capai. Orang Farisi pasti tahu tentang Yesus. Dan mereka dapat menyelidiki ajaran, perilaku, dan mukjizat yang dilakukan Yesus. Mereka pasti tahu bahwa Yesus diutus Allah. Tetapi itulah yang terjadi, manusia tidak akan mengenal ajaran Yesus ketika mereka bertekad untuk tidak mempercayai ajaran-Nya itu.
 
 
[ Yohanes 9:30 ]
Jawab orang itu kepada mereka: “Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang, sedangkan Ia telah memelekkan mataku.”
 
 
Orang buta itu semakin berani dengan mengatakan “aneh juga”. Ia sama sekali tidak ciut dan goyah oleh tekanan keyakinan orang Farisi. Mengapa dikatakan “aneh”? Keanehan pertama, masakan orang Farisi tidak kenal Yesus yang sudah mahsyur itu? Karena seseorang yang mencelikkan mata orang buta pastilah layak mendapat perhatian. Di tambah orang Farisi yang memiliki sifat ingin tahu yang besar dan tentunya memiliki pergaulan dan jaringan yang luas. Keanehan kedua, masakan orang Farisi masih juga mempertanyakan amanat ilahi yang diemban oleh seseorang yang jelas-jelas melakukan mukjizat Ilahi.
 
 
[ Yohanes 9:31 ]
Kita tahu, bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak- Nya.
 
 
Di Yoh. 9:24 orang Farisi mengatakan Yesus orang berdosa, tapi di ayat 31 orang buta ini membuktikan Yesus tidak berdosa. Sebagaimana yang Daud katakan di Mazmur 66:18: “Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar”. Kita melihat orang buta ini sedang memberikan pelajaran teologi kepada mereka.
 
 
[ Yohanes 9:32 ]
Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta.
 
 
Orang buta kembali menegaskan mukjizat yang telah diperbuat oleh Yesus ini untuk memperkuat pernyataannya di ayat 31. Memang tidak ada catatan tentang adanya seseorang yang bisa menyembuhkan kebutaan sejak lahir.
 
 
[ Yohanes 9:33 ]
“Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa.”
 
 
Di ayat 16 disebutkan bahwa orang Farisi tersebut menolak Yesus berasal dari Allah, namun di ayat 33 orang buta ini membuktikan bahwa Yesus datang dari Allah karena jikalau Ia tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa. Di ayat 31-33 kita bisa melihat perbedaan penilaian dari orang buta yang miskin dan tidak terpelajar ini dengan orang Farisi yang terpelajar.
 
 
[ Yohanes 9:34 ]
Jawab mereka: “Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa dan engkau hendak mengajar kami?” Lalu mereka mengusir dia ke luar.
 
 
Dikarenakan tidak dapat menjawab lagi argumen orang buta ini dan sudah tidak tahan lagi mendengar kesaksiannya, orang Farisi mengakhiri perdebatan ini dengan ungkapan kemarahan. Mereka menyerang orang buta itu dengan sebutan orang yang terlahir dalam dosa. Mereka tidak sudi diajar oleh orang yang mereka anggap terlahir dalam dosa. Lalu dengan nada kasar mereka mengusir dia keluar. Tindakan pengusiran yang dilakukan orang Farisi terhadap orang buta itu lebih tepatnya dikatakan sebagai tindakan hukum, yaitu tindakan menyingkirkan orang buta itu dari kenggotaan jemaat Israel. Kini orang buta yang malang itu dapat dikatakan sebagai pengaku iman pertama sekaligus martir pertama selain Yohanes Pembaptis.
 
Penutup
 
Menurut Colin G. Cruse dalam tafsirannya: “They were not interested in the miracle but how it was done, because they wanted evidence to use against Jesus.” Orang Farisi dan orang buta yang sudah disembuhkan pada bagian ini tidak terfokus pada mukjizat itu sendiri, tapi pada Pribadi yang melakukan mukjizat, yaitu Yesus. Orang Farisi berusaha keras mencari bukti untuk melawan Yesus, tapi sebaliknya, orang buta yang disembuhkan itu menjadi percaya kepada Yesus dan bahkan menjadi saksi-Nya.
 
[ Ranto M Siburian, SE]
 
Pin It
 
 

 
Copyright © Persekutuan Studi Reformed
 
 
Persekutuan Studi Reformed
Contact Person: Sdri. Deby – 08158020418
 
About Us  |   Visi  |   Misi  |   Kegiatan